Belanda dan keju. Well.. Itu identik. Bicara Belanda pasti banyak orang menghubungkannya dengan keju. Memang demikianlah keadaannya. Kemana pun Anda pergi di Belanda. Toko keju mudah ditemukan di mana-mana. Sama seperti saya yang jika ke Belanda. Kurang pas jika tak membeli keju baik untuk saya konsumsi sendiri atau saya bawa sebagai oleh-oleh.

[iklan]

Ada banyak kota yang bisa Anda kunjungi Jika ingin kunjungi pasar keju. Alkmaar, GaudaEdam, Hoorn dan Woerden. Meski saya sudah sering ke Belanda. Tetapi baru dua kota keju yaitu Edam dan Gauda yang saya kunjungi. Sayangnya saya berangkat salah hari. Karena pasar keju di kota ini cuma ada pada musim panas Juni-Agustus dan hanya buka pada hari rabu dan antara pukul 9 pagi hingga pukul dua siang. Tapi saya tidak menyesal. Karena banyak bangunan bersejarah yang bisa dilihat. Satu di antaranya Stadhuid Gauda atau City Hall yang sudah ada sejak abad ke 15 atau tahun 1500 an. Di sekitar tempat inilah pasar keju diadakan setiap hari rabu.

Tentu saja ada selisih harga yang banyak jika kita membeli di toko terkenal dibanding toko biasa. Membeli di toko oleh-oleh di bandara tentu saja bisa dua kali lipat beda harganya dibanding kita membeli di Supermarket biasa.  Wow.  Benarkah?  Benar.  Apakah itu asli?  Kan ada merk nya. Asli.  Di Eropa, tidak sembarangan orang memalsukan sesuatu. Sanksi hukumnya ketat. Beda dengan di Indonesia.  Bedanya..  Jika kita membeli di toko oleh-oleh di Bandara sudah dikemas cantik berikut saosnya. Apakah memakan keju memakai saos? Ada.  Itu seperti selai untuk roti. Ada rasa strawberi, aprikot hingga rasa mustard. Selain jenis keju yang beragam. Saosnya pun punya aneka rasa beragam dan dikemas dalam wadah wadah toples cantik. Semua tempat penjualan keju kebanyakan menjual produksi rumahan. Pun demikian jika membeli di Bandara. Untuk saos nya rata-rata itu produksi rumahan.

Oh ya. Jenis keju sendiri bermacam- macam. Sayangnya dulu saya hanya tahu keju slice untuk alas burger atau untuk campuran roti. Dan keju edam untuk campuran kue kering.  Padahal ternyata jenisnya banyak. Dan beruntungnya saya berkesempatan juga sering masuk ke musium keju.  Dimana di situ dijelaskan bagaimana proses pembuatan keju.  Berapa lama?  Dari jenis susu yang bagaimana? Plus kita bisa mencicipi aneka jenis keju meski tak membeli dengan karyawan berseragam pakaian tradisional Belanda yang sibuk melayani pengunjung.

Saya punya langganan di kota tempat adik saya tinggal. Di mana merk dan rasanya sama. Tetapi saya hanya membayar separuh dibanding ketika membeli di kota besar macam Amsterdam atau toko oleh-oleh di Bandara Schipol.

Jadi, pergi ke Belanda tanpa masuk ke toko keju dan mencicipinya adalah ibarat sayur kurang garam. Kurang sempurna.  Saya suka keju. Seperti saya suka jengkol balado. (Cikeu)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *