
Surga Di Balik Awan
Gunung tertinggi di tanah lombok ini menyuguhkan panorama alam yang luar biasa. Berikut tantangan seru bagi para petualangan yang ingin menemukan segala keindahan dan pesonanya.
Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat memang hanya salah satu dari sekian banyaknya gunung api milik Nusantara. Akan tetapi, gunung tertinggi di Bumi Lombok ini memiliki keistimewaan tersendiri, yang tidak bisa ditemukan pada gunung lainnya. Untuk menemukan ‘surga’ Rinjani memang ada sejumlah ‘syarat’ yang harus dipenuhi. Selain motivasi yang tinggi, fisik juga jadi faktor penentu. Artinya, walaupun seseorang memiliki motivasi kuat, tapi bila tidak didukung tubuh yang fit, maka jangan harap bisa mendapatkannya.
[iklan]
Pagi itu, bersama dengan pemandu dari Lombok Network, salah satu trekking organizer, kami pergi ke Desa Sembalun. Desa mungil di Kabupaten Lombok Timur ini adalah daerah terakhir, sekaligus titik awal pendakian ke Gunung Rinjani. Perjalanan ditempuh empat jam dari Senggigi atau Mataram.
Lawang Sembalu alias Desa Sembalun adalah salah satu ‘gerbang’ untuk memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Sedangkan gerbang lainnya, Lawang Senaru, berada di Lombok Utara, lokasinya lebih dekat dari Senggigi atau Mataram, hanya tiga jam perjalanan darat. Walau demikian, rute pendakian yang dipilih justru mempunyai nilai tersendiri. Di Selain bisa lebih jelas mengetahui seluk beluk Rinjani, pengalaman yang didapatkan tentu akan lebih banyak dan bervariasi dibandingkan mendaki dan turun melewati rute yang sama.
Gunung Rinjani merupakan gunung berapi di Nusa Tenggara Barat yang ditetapkan sebagai Taman Nasional pada 1997 oleh pemerintah. Kawasan tersebut memiliki bentangan alam sangat indah dan memukau di mana terdapat sebuah danau yang dikenal dengan Anak yang berarti ‘Laut Kecil’.
Taman Nasional Gunung Rinjani memiliki peranan penting dalam ekosistem di Nusa Tenggara, yaitu menjadi rumah bagi beragam flora. Sebut saja De-durenan (Aglaea Argentea), Bayur (Pterospermum lavanicum), Beringin (Ficus Benjamina), Keruing (Dipterocarpus Hasseltii), Rerau (D Imbricatus), Cemara Gunung (Casuarina Junghuniana), dan Eidelweis (Anaphalis Javanica). Termasuk beragam jenis anggrek endemik, seperti Perisstylus Rinjaniensis dan P Lombokensis. Tak hanya kaya dari sisi flora, Taman Nasional Gunung Rinjani juga menjadi rumah bagi sejumlah satwa liar. Selain beragam jenis rusa, kera, dan burung, terdapat Musang Rinjani (Paradoxurus Hemaprhoditus Rinjanicus), satwa khas Lombok.
Yang sangat membanggakan, Taman Nasional Gunung Rinjani berhasil meraih ‘The Word Legacy Award’ tahun 2004 untuk kategori Destination Stewardship, sebuah penghargaan berskala internasional dari Conservation International dan National Geographic Society (Lembaga dan Komunitas Pemerhati Lingkungan Terkemuka di Dunia).
Bagi masyarakat Lombok atau Suku Sask (suku asli Lombok), Gunung Rinjani memiliki arti tersendiri. Menjulang setinggi sekitar 3.726 meter dari laut ini masih menyimpan sejumlah legenda yang masih dikisahkan sampai sekarang.
Salah satu yang paling populer adalah tentang Dewi Anjani. Mengisahkan cerita sosok seorang putri Raja Selaparang, Raja besar di Lombok. Hasil dari pernikahan sang raja dengan mahkluk halus di Gunung Rinjani, ketika dia memohon hujan untuk daerahnya yang tengah dilanda kekeringan yang berkepanjangan. Dewi Anjani dipercaya sebagai penguasa Gunung Rinjani hingga saat ini.
Susuk Sasak dan Hindu Dharma di Pulau Lombok pun masih melakukan ritual Mulang Pekelem (memohon hujan kepada Dewi Anjani) sampai sekarang di kawasan Gunung Rinjani, tepatnya di Danau Segara Anak. Mereka memberikan persembahan berupa replika berbagai macam satwa air dari emas, yang kemudian ditenggelamkan ke dalam danau.
Hangatnya cahaya mentari pagi menemani jalannya pendakian di hari pertama. Setelah melalui kawasan pemukiman dan perkebunan, medan pun berubah menjadi padang sabana nan luas. Di kejauhan, nampak segi tiga raksasa berdiri angkuh mencakar langit, yang tak lain adalah Gunung Rinjani. Selepas Pos 1, jalan setapak yang membentang mulai terasa kurang bersahabat. Makin sering tanjakan menghadang. Memaksa paru-paru harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen.
Kondisi semakin berat setelah melintasi pos 3 bukit yang harus dilalui dengan medan yang kemiringannya sangat ekstrim.
Di rute ini terdapat sebuah bukit, dikenal dengan nama ‘Bukit Penyesalan’. Banyak sudah pendaki merasa menyesal, karena beratnya medan yang harus dilalui. Tanjakan-tanjakannya sangat menguras energi, emosi, dan membuat pendaki-pendaki kerap tertipu maupun frustasi.
Setiap pendaki yang telah memutuskan untuk lanjut harus mampu berjalan, hingga di pos berikutnya, yakni Plawangan 2 atau Plawangan Sembalun. Selain untuk memudahkan pendakian selanjutnya, di sepanjang jalur ini tidak tersedia sumber air, sehingga tidak aman bila bermalam di jalur tersebut.
Plawangan Sembalun adalah pos perhentian berikutnya. Disebut Plawangan, karena lokasi ini dianggap sebagai ‘pintu’ untuk memasuki kawasan Danau Segara Anak. Berada di sebuah lereng besar yang mengarah ke sebuah punggungan dan menjadi ‘jembatan’ para pendaki untuk mencapai Puncak Rinjani. Dari pos yang berada di ketinggian 2.631 meter ini, nmapak danau, lereng yang berjajar dan sebagian Gunung Baru Jari merupakan anak Gunung Rinjani. Karena letaknya strategis dan tersedia sumber air, tempat ini pun banyak dijadikan camp (tempat bermalam) oleh para pendaki.
Jam 03.00 WITA adalah waktu yang dipilih para pendaki untuk memulai perjalanan menuju puncak. Waktu tempuh perjalanan pun relatif lama, yakni sekitar 3 jam, agar ketika tiba di puncak pada pagi hari, seiring dengan momen sunrise. Pas saatnya bentangan alam Rinjani yang sangat menawan bisa dijumpai. Alasan lainnya, waktu tersebut sangat disarankan, agar terhindar dari gas beracun yang terkadang muncul siang atau sore hari.
Medan menuju puncak Rinjani sendiri memang tidak mudah. Selain harus menaklukan tanjakan curam, kondisi trek juga berpasir, terutama menjelang puncak. Bisa dibayangkan, tiga langkah kaki hanya menghasilkan jarak yang sama dengan satu langkah. Tak sedikit pendaki frustasi oleh jalur tersebut. Namun, semua ini akan terbayar, ketika kaki berhasil berdiri di daratan tertinggi Lombok tersebut.