Ijazah Maiyah adalah sebutan di dalam lingkaran masyarakat Maiyah bagi prosesi pengungkapan penghargaan kepada sejumlah orang yang dicintai, dihormati, dan dipujikan atas otentisitas, dedikasi, keistiqamahannya dalam memberikan makna dan teladan bagi masyarakat menurut pandangan nilai Maiyah.
Pada 12 Juli 2019, menjadi malam yang istimewa di Kenduri Cinta. Malam itu, Kenduri Cinta menjadi penyelenggara penyerahan Ijazah Maiyah kepada Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail dan Iman Budhi Santosa. Ketiganya dikenal luas sebagai tokoh sastra yang muncul di tahun 60-70 an. Pada tahun-tahun itu, Taufiq Ismail muncul di Jakarta utamanya sebagai ekspoben angkatan ’66, Sutardji Calzoum Bachri bergiat di Riau dan Bandung, dan Iman Budhi Santosa kiprah di Yogyakarta. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri dalam menulis karya sastra.
Ijazah Maiyah bukan hanya mempertimbangkan karya-karya sastra mereka saja, melainkan atas kebenaran, kesungguhan, otentisitas, kesetiaan dan keikhlasan mereka dalam menekuni perjalanan hidup dan berkehidupan.
Dalam 2 rubrik Tajuk di caknun.com yang ditulis oleh Mbah Nun, dijelaskan secara lengkap tentang alasan-alasan memilih 3 pujangga tersebut menerima Ijazah Maiyah di tahun 2019 ini. Rencananya, Umbu Landu Paranggi juga akan menerima Ijazah Maiyah, pada 5 Agustus 2019 di Bali.
Sebelum prosesi penyerahan Ijazah Maiyah, beberapa seniman muda tampil di panggung Kenduri Cinta membawakan karya-karya Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail dan Iman Budhi Santosa. Malam itu menjadi malam puisi di Kenduri Cinta.
[iklan]
Wahyu membaca puisi, sedangkan duo maupun kelompok lain membawakan musikalisasi puisi, dengan gitar akustik maupun iringan band.
Syair-syair karya 3 pujangga ini diaransemen dengan balutan instrumental yang apik, memukau semua yang hadir di Kenduri Cinta malam itu. Satu di antaranya adalah kelompok musik EMPANG (Emperan Pamulang) yang digawangi Adang, Tao, Oni, memusikalisasi puisi “Mantra” karya Sutardji Calzoum Bachri.
Mbah Nun kemudian memberi pengantar dengan membacakan naskah “Presiden Sejati, Pujangga Abadi” untuk memberi dasar pijakan proses penyerahan Ijazah Maiyah 2019. Pak Indra Sjafri didaulat untuk menyerahkan Ijazah Maiyah kepada Pak Taufiq Ismail. Kemudian Syeikh Nursamad Kamba menyerahkan Ijazah Maiyah kepada Pak Sutardji Calzoum Bachri. Dan Bang Uki Bayu Sedjati didapuk menyerahkan Ijazah Maiyah kepada Pak Iman Budhi Santosa.
Setelah prosesi penyerahan Ijazah Maiyah, Mbah Nun mempersilakan masing-masing Pak Taufiq Ismail, Pak Iman Budhi Santosa dan Pak Sutardji Calzoum Bachri membawakan kaya-karya puisi mereka. Jamaah pun menyimak dan menyelami syair-syair puisi yang dibacakan. Kenduri Cinta malam itu menjadi momen yang langka, tiga maestro puisi di Indonesia disatukan dalam satu panggung. Pak Taufiq, Pak Iman dan Pak Sutardji tampil dengan gaya mereka masing-masing. Pak Taufiq dengan pembawaan yang lembut, tenang, bersahaja. Pak Iman yang sangat “nJawani” santun, penuh pesan bermakna di setiap syairnya dan juga penuh cerita. Pak Sutardji pun ternyata sangat atraktif membacakan puisi-puisinya. Tak ketinggalan, harmonica kecil dibawanya dan dimainkannya.
Meski usianya sudah 77 tahun, tubuhnya tak sebugar dulu, namun karena memang naluri kesenimanannya setiap tampil di panggung selalu energik, meledak-ledak, penuh geliat. Jamaah terpukau oleh penampilannya. Kenduri Cinta – yang sudah selama 19 tahun, setiap Jum’at minggu kedua – hadir di pelataran parkir TIM malam itu diisi penampilan sastrawan : terasa hangat, menyenangkan, dan membuka cakrawala betapa dalam.menjalani hidup dan kehidupan penting untuk selalu tekun, teguh, dan ikhlas. (UBS)
(dicuplik-olah dari tulisan Fahmi Agustian di caknun.com)