PANTOMIMER DI KANCAH SASTRA

Rhamanda Yudha Pratomo atau dengan nama panggungnya, Zam mimer. Dia berkelana bersama waktu dan ruang untuk kesenian. Tidak menutup kemungkinan juga berkecimpung dalam dunia sastra, yang membuatnya akrab dengan para pelaku sastra. Seperti satu di antaranya, dia lebih aktif berkegiatan dalam dunia sastra, seni bersama  Dapoer Sastra Tjisaoek dan ZK (Ziarah Kesenian).

Di tahun 2019, ZK telah mengadakan kegiatan sastra yang bertema ‘Erupsi Sastra’ di dua provinsi sekaligus yaitu Magelang (Jawa Tengah) dan Yogya (DI Yogyakarta) pada tanggal 24 sampai 26 Juni. Kegiatan ini difasilitasi oleh Bambang Widyiatmoko sebagai Presiden ZK Jabodetabek-Pula Jawa.

Erupsi Sastra dihadiri puluhan pelaku sastra dengan perwakilan di setiap daerahnya masing-masing seperti Sumatera Barat, Manado, Tasikmalaya, Jabodetabek, Bengkulu, Magelang, dan Malaysia. Zam mimer sendiri hadir sebagai perwakilan Sumatera Barat bersama Syariefuddin Arifin (pelaku teater), Endut Hahadiyat (sastrawan), dan Hermawan An (aktor).

[iklan]

Tak hanya menampilkan pantomim, Zam mimer juga turut membacakan satu puisi dari Acep Zam Zam Noer dengan judul Di makam Kaliharan di pembukaan acara yang bertema ‘Baca Sajak Sampai Suntuk’ tanggal 24 Juni 2019 di Balai Sirahan (Magelang) sampai dini hari. Di hari kedua, Zam mimer mencoba merefleksikan diri dengan sejarah dan sastra melalui kunjungannya di Candi Borobudur dan Museum Mahaguru Berapi. Masih di Magelang, Zam mimer melanjutkan petualangan sastranya dengan menyaksikan beberapa pertunjukan satu di antaranya penampilan dari Agus Merapi (Seniman Magelang) dengan monolog ‘Semar’.

Keesokan harinya, tepat tanggal 26 Juni sebagai penutup acara, dilanjutkan di Balai Tembi (Yogyakarta). Penutupan acara ini diisi oleh beberapa pelaku sastra seperti Saleh Balam Tua (Malaysia), Bambang Widyatmoko, Syariefuddin Arifin (teater), Endut Hahadiyat (dosen sastra), Hermawan An (aktor), Artherer Panther Olii (Manado) feat. Kidung Permana (Bandung), Romy Sastra (Jabodetabek), Umi Risa (Jabodetabek), Eko Petra (Bengkulu), dan beberapa penampil perwakilan lainnya juga musikalisasi puisi dari Asdrafi (grup musik ISI Yogya).

Zam mimer pun turut serta dengan menampilkan pantomim dengan tema ‘Erupsi Gunung’. Ia menyimbolkan gunung merapi melalui topi capingnya sebagai atribut pantomim-nya.

Tak hanya simbol dari topi caping, Zam mimer juga menyimbolkan keresahan dan peristiwa gunung merapi melalui body language dan make up.

Rencana, Zam mimer akan turut serta kegiatan ZK berikutnya dengan tema ‘Jangan Biarkan Mereka Kelaparan’ yang akan diadakan akhir Agustus di Pekanbaru.

Terlihat jelas bahwa Zam mimer menunjukkan bahwa pantomim tidak hanya berkutat dalam dunia drama saja, tapi juga masih memiliki tautan dengan dunia sastra. Dengan adanya simbol-simbol yang ditunjukkannya melalui penampilan pantomim, Zam mimer berhasil memberikan pesan kepada penonton yang menyaksikan penampilannya. (HC)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *