Dari Brussel Ke Jakarta
Catatan Perjalanan Atik Bintoro #4
Perjalanan pulang dari Belgia ke Indonesia, dapat pesawat Etihad Airways, kelas Ekonomi. Terbang jam 10.05 waktu Brussel, hari Sabtu ke Abu Dabi, kemudian transit, dan dilanjut ke Jakarta. Tiket sudah dipesan dari Indonesia. Beberapa oleh oleh yang dibawa di antaranya coklat dari rumah coklat Neuhaus di Brussel, Coklat dari pertokoan sekitar scharbeek, Souvenir Gantungan kunci, Miniatur Monumen Atomium, gelas keramik bertuliskan Brussel, kaos, sepatu beli di toko di belakang stasiun Brussel Noord, dan baju sweater dari pasar rakyat Schaerbeek. Semua murah meriah. Ketika belanja souvenir di pertokoan kawasan Central Brussel, saya sampaikan salam, karena mendengar percakapan bahasa Arab dari penjaga toko.
[iklan]
Assalamu alaikum
Do you use lughotul arobiyah ?
We are from Indonesia,
We are moslem.
Wa alaikum salam
Wow… Indonesia.
I am moslem too.
I give you interesting discount.
Please brother choose what you want.
Kami pun langsung bercakap sebentar, kemudian memilih milih souvenir, benar saja banyak diskon diberikan. Harga tertera 15 Uero diberikan 12 Uero (€), €10 menjadi €9, gantungan kunci tertulis €10 dapat 3 diberikan 5 bijih. Setelah itu masih dikasih tas kain bertuliskan Brussel. Ini hadiah katanya. Ketika mau keluar toko, dikasih lagi satu gantungan kunci, sebagai tambahan hadiah. Benar benar puas. Padahal kami belanja tidak seberapa banyak. Insya Alloh dapat pelayanan yang menarik dari saudara sesama muslim. Penjaga toko ini berasal dari Maroko. Sekilas profilnya tidak berbeda dengan orang orang bule Belgia pada umumnya. Ternyata banyak muslim di Brussel, mencapai 25% dari jumlah penduduk Brussel.
Sesampainya di apartemen, sepulang dari belanja Souvenir dan oleh oleh. Segera berkemas untuk persiapan pulang di hari Sabtu. Timbangan elektronik yang sengaja dibawa dari Jakarta, mulai digunakan menimbang seluruh bawaan beserta kopernya. Masing masing orang maksimal dijatah 30 kg.
Kami sudah bersiap sejak malam Sabtu, membersihkan apartemen, mengembalikan meja kursi ke posisi semula, dan membuang sampah ke tempat sampah di luar apartemen. Maklum untuk optimalisasi biaya pengeluaran selama di Belgia, yang penting semua kegiatan bisa tercapai sebaik-baiknya, dengan biaya terjangkau. Kami pun memilih apartemen, bukan menginap di hotel.
Sampailah sudah pada hari Sabtu. Sekitar jam 04.30 waktu Brussel, kami sudah siap bergerak meninggalkan apartemen menuju Bandara Brussel. Langkah yang menantang adalah membawa koper dari lantai lima turun ke lantai dasar, dari tangga ke tangga, ekskalatornya rusak dan belum juga diperbaiki. Estafet bahu-membahu saling menolong menurunkan koper, berat masing masing koper sampai dengan 30 kg.
Sesampainya di bawah, istirahat sebentar menghela napas. Setelah itu langsung keluar apartemen dan berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus. Jalan trotoar dari batu alam yang tidak rata permukaan, sehingga menimbulkan bunyi roda koper, serasa membelah sunyi dini hari. Memang ada usul kenapa tidak naik taksi Online saja, ongkos lebih murah. Usulan ini tidak dipilih, karena sudah terlanjur beli tiket transportasi terusan, dan masih ada sisa quata. Tiket masih bisa digunakan naik bus. Untuk menuju bandara dari halte apartemen Scharbeek perlu dua kali naik, pertama naik bus dalam kota. Kemudian oper ke bus yang menuju Bandara Brussel di Peron tujuh.
Di Bandara masih pagi, segera sholat subuh dan santai sejenak sambil ngopi bersama Diaspora Indonesia yang pernah meeting bersama dengan kami waktu di kantor KBRI di Brussel. Dia sudah lama di Brussel, namanya Dr. Aji Purwanto, pakar fluida engineering untuk rancang bangun teknologi pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan bermotor. Sambil menunggu waktu masuk boarding, setelah Chek in kami diajak ngopi dan sarapan roti.
“Sewaktu waktu Indonesia memanggil, siap membantu untuk kemajuan tanah air”. Begitu pesannya ketika kami pamit menuju ruang boarding.
Ohya pada saat check in, pasport dan tiket diperiksa. Koper, tas gendong ditimbang, total maksimal untuk lima orang sekitar 150 kg. Alhamdulillah semua bawaan diterima, dan tidak melebihi jatah. Ketika menuju ruang boarding ternyata waktu sudah mepet. Segera antri di ruang imigrasi. Tiket dan pasport diperiksa. Semua aman. Langsung menuju ruang pemberangkatan di Gate B6. Di gerbang masuk, tiket dan pasport diperiksa kembali. Pemeriksaan berlanjut di pemindaian sinar X.
Tas, jaket, topi, sabuk, dompet, HP, Laptop, semua diperiksa, termasuk pasta gigi yang terlanjur terbawa juga diperiksa. Jika diperlukan, tas bawaan diminta dibongkar untuk memastikan aman kalau dibawa masuk ke pesawat. Setelah lulus pemeriksaan, kami berlarian mengejar jadwal pesawat yang sudah mepet. Alhamdulillah masih ada waktu sepuluh menit dari penutupan loket menuju pintu pesawat. Di loket ini diperiksa tiket dan pasport, kemudian kami pun masuk lorong garbarata menuju pintu pesawat. Alhamdulillah, segera duduk manis sambil menunggu pesawat bergerak terbang.
Di depan tempat duduk masing masing tersedia layar monitor yang berisi berbagai menu: Film, Musik, Pilihan makanan, Peta penerbangan, dan TV. Saya sendiri lebih memilih memantau perjalanan terbang melalui Peta penerbangan. Setelah terbang sekitar satu jam, gratis makanan pembuka ditawarkan oleh Pramugari. Saya memilih minuman jus mangga dan roti. Sekitar satu jam kemudian, ditawarkan lagi makan berat, saya pilih pasta makaroni godok ditambah salat, dan minta kopi plus milk dan gula.
Tak terasa penerbangan dari bandara Brussel menuju Bandara Abu Dabi sudah berlangsung lebih dari tiga jam, di layar monitor tampak pesawat sedang terbang pada kecepatan 887 km/jam, dan tinggi 11.887 m. Di monitor tampak jarak dari Brussel ke Abu Dabi sejauh 4597 km, akan ditempuh sekitar enam setengah jam penerbangan terus menerus. Makanan dan minuman gratis silih berganti ditawarkan oleh Pramugari yang berwajah Bule maupun Arab. Belum ketemu yang berwajah Nusantara.
Di monitor pun sudah terlihat pesawat sudah di atas samping Bahrain, dan terus mendekat, sekitar 162 km dari tujuan, berarti makin mendekat dan sebentar lagi mendarat di Bandara Abu Dabi. Tepat pada Jam 19.25 waktu Abu Dabi atau sekitar jam 16.25 waktu Brussel, atau jam 22.25 waktu Jakarta, Pesawat mendarat di bandara Abu Dabi.
Alhamdulillah. Satu etape perjalanan Pulang ke Indonesia, sudah dilalui. Sebagian penumpang bertepuk tangan bergembira. Kami pun langsung ke terminal transit, melalui loket pemeriksaan. Segala barang bawaan yang akan masuk kabin diperiksa. Lulus dari sini lansung menuju ke Gate 8, kemudian istirahat menunggu jadwal terbang ke Jakarta jam 03.00 waktu Abu Dabi, sampai Jakarta diperkirakan mendarat hari Minggu sekitar jam 14.10 waktu Jakarta.
Setelah istirahat beberapa jam di Bandara Abu Dabi. Sampailah keberangkatan ke Jakarta, tepat jam 03.00 dini hari waktu kota Abu Dabi pesawat siap siap berangkat mengudara. Dalam suasana masih mengantuk, saya duduk manis sambil menikmati menu informasi di layar monitor. Tak lama kemudian terdengar tanda tanda penumpang kiri kanan mulai tidur pulas.
Sekitar satu jam penerbangan, makan minum pun ditawarkan. Aku memilih makan roti dan minum kopi. “Baik untuk mengganjal rasa lapar”, pikirku, tersebab semalaman belum sempat makan ketika menginap di Bandara Abu Dabi. Selepas makan minum, langsung tidur pulas. Bangun bangun ada tawaran makanan. Aku pilih menu ayam dan nasi, ditambah minuman ringan serta air putih. Kali ini pramugaranya terlihat berwajah seperti orang Nusantara.
Di layar monitor terpantau jalur penerbangan yang sudah dilalui, yakni Abu Dabi, kemudian terbang di atas lautan, lalu di atas kota Chennai, di atas lautan lagi, kemudian di atas kota Aceh dan terus menyusuri udara di atas pulau Sumatra, dilanjutkan menuju Jakarta. Penerbangan akan menempuh jarak 6.656 km dari Abu Dabi ke Jakarta. Kecepatan pesawat terbang mencapai 875 km/jam, dan tinggi terbang 11.887 m. Setelah terbang lebih dari enam jam, Pesawat semakin mendekati Jakarta. Kali ini di layar monitor mulai terlihat tulisan kota Padang, Indonesia. Diprediksi sekitar dua jam lagi sudah sampai Jakarta. Pesawat pun terus terbang menuju sekitar udara di atas ujung selatan Pulau Sumatra.
Tiga, dua, satu… Pesawat pun mendarat tepat pukul 14.00 waktu Jakarta, atau Jam 11.00 waktu Abu Dabi. Waktu Jakarta lebih cepat tiga jam dari pada waktu Abu Dabi. Penerbangan ditempuh dalam waktu delapan jam, dari jam 03.00 sampai dengan jam 11.00 Waktu Abu Dabi.
Alhamdulillah.
Kembali lagi di Indinesia.