Perjalanan kami kali ini berawal dari selesainya segala urusan di kota San Diego, California-USA, kemudian dilanjutkan dengan lima jam penerbangan menuju Bandar Udara Internasional Washington Dulles, yaitu bandar udara publik di Dulles, Virginia – USA. Bandara ini terletak sekitar 26 mil (41.6 km) di sebelah barat pusat kota Washington, D.C.

Washington DC

Washington DC

Washington DC termasuk kota metropolitan yang relatif berbiaya mahal. Sebagai langkah penghematan maka menginap di pinggiran kota Virginia yang masih dekat dengan bandara, bisa menjadi pilihan menarik, dari pada menginap di kota Washington DC. Untuk itu kami pun menginap di hotel di kawasan yang dekat Bandara.

Setelah sholat subuh di kamar hotel, segera sarapan roti dan ngopi gratis dari hotel. Selanjutnya siap siap, berangkat kembali lagi menuju bandara dengan menumpang mobil jemputan.  Dari bandara kemudian naik bus bayar USD 2 cash ke Stasiun Kereta api bawah tanah menuju ke jantung kota Washington DC.

Washington DC

Di Stasiun Kereta api tersedia mesin penjualan tiket perjalanan, seingat saya bayar USD13 untuk tiket terusan yang berlaku satu hari perjalanan. Sesampainya memasuki kota Washington DC, pengunjung kota disambut suara dramben, entah dari mana datangnya suara.

Bagi yang ingin berkeliling kota Washington DC bisa dilakukan dengan naik kendaraan BigBus yang tersedia untuk masyarakat umum, dengan membeli tiket bus terlebih dahulu, harga tiket sekitar USD48,60. Disamping itu untuk lebih hemat bisa juga menelusuri kota dengan cara berjalan kaki, dari satu lokasi destinasi wisata ke lokasi lain, yang penting jaga stamina tubuh.

Washington DC

Bermodalkan peta, kami mulai menyusuri kota Washington DC. Setelah agak siang, perut mulai lapar. Alhamdulillah, tidak jauh dari stasiun kereta api, berderet mobil boks penjual makanan, gayanya mirip warung pinggir jalan di Jakarta, Indonesia. Aku memilih makanan halal berisi nasi, lauk pauk dan sedikit sayuran, menu masakan Bangladesh. Warung khas Indonesia tidak kelihatan mangkal di kawasan kota Washington DC, atau mungkin kami yang belum dapat beritanya.

Dari peta informasi diketahui bahwa di seputaran kota Washington DC, ada beberapa obyek wisata menarik untuk dikunjungi, antara lain Gedung Capitol, Gedung Putih, Monumen Washington, dan Kawasan Smithsonian yang menyediakan kunjungan gratis untuk beberapa musium, diantaranya Musium seni, Musium Aerospace, serta Galeri seni. Di kawasan Smithsonian ini tersedia taman yang sangat luas, masyarakat umum pun bisa bebas memanfaatkan untuk rehat sejenak sambil berwisata sesuai keperluan masing masing.

Ketika waktu sholat tiba, kami mampir sholat qosor di taman dengan beralaskan sajadah kain tipis yang sengaja kami bawa, wudlu pun cukup dengan sebotol air mineral. Ohya, hampir di setiap ujung jalan dan di dalam gedung selalu tersedia kran air yang siap untuk diminum.

Gedung Capitol dan Gedung Putih

Gedung Kapitol (United States Capitol) biasa disebut Capitol adalah gedung kantor Kongres Amerika Serikat. Bangunan ini terletak di Washington, D.C., di kawasan District of Columbia. Menurut laman Wikipedia, Gedung Kapitol pada mulanya dirancang oleh William Thornton, kemudian dimodifikasi oleh Stephen Hallet, Benjamin Latrobe dan diteruskan oleh Charles Bulfinch. Bangunan Kubah masa kini dan sayap Dewan Perwakilan dan Senat-nya dirancang oleh Thomas U. Walter dan August Schoenborn, dan disiapkan di bawah pengawasan Edward Clark.

Di atas kubah  Gedung Kapitol terdapat Patung Kebebasan (Statue of Freedom). Menurut laman [Statue of Freedom, Lambang Kebebasan Amerika Serikat Selain Patung Liberty – Pikiran-Rakyat.com – Halaman 2] bahwa Patung Kebebasan berdiri setinggi 5,9 meter dan berat mencapai sekitar 6.800 kg. Tubuh patung ditutupi selimut berumbai gaya asli Amerika yang ditaruh di bahu kiri dengan bros yang bertuliskan “U.S”. Patung ini memakai helm militer yang dihiasi bintang dan kepala elang bermahkota bulu-bulu. Patung Statue of Freedom berdiri di atas bola besi bertuliskan “E pluribus unum”. Kalimat ini merupakan satu diantara motto nasional Amerika Serikat, yang berasal dari bahasa Latin, dan berarti: “Dari banyak menjadi satu”.

Washington DC

Gedung Capitol berwarna putih, menjadi bangunan paling gagah dengan halaman yang sangat luas. Di halaman ini masyarakat bisa bercengkrama bebas dan berfotoria. Sedangkan di Gedung Putih, masyarakat umum hanya boleh mendekat sampai di halaman depan di batas pagar logam. Dari halaman depan ini, kadang terlihat pasukan penjaga keamanan mondar mandir di bangunan paling atas sambil membawa senjata laras panjang.

Washinton DC

Kawasan Smithsonian

Kawasan Smithsonian sering menjadi perhatian pengunjung dari seluruh dunia, termasuk kami yang berasal dari Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Menurut kabar, Smithsonian adalah bangsawan kaya raya dari Inggris, yang menyumbangkan hartanya untuk kebaikan umat manusia. Terpilihlah kota Washington DC sebagai lokasi sumbangan, dan didirikan Yayasan Smithsonian dengan luas lahan yang bisa bikin sehat jika semua fasilitasnya dikunjungi, kira kira perlu waktu dua hari jalan kaki untuk kunjungan yang relatif lengkap.

Washington DC

Monumen Washington

Tidak terlalu jauh dari areal Smithsonian, terdapat Monumen Washington, tetapi sudah bukan lagi termasuk kawasan Smithsonian. Monumen Washington berwarna putih dan berlatar depan kolam besar dan panjang, pas untuk dinikmati sambil jalan kaki dari kawasan kolam ke arah lokasi monumen. Menurut laman Wikipedia, Monumen Washington adalah monumen berbentuk obelisk yang didirikan bertujuan untuk mengenang Presiden Pertama Amerika Serikat, sekaligus Pemimpin Tentara Kontinental dalam merebut kemerdekaan Amerika Serikat dari Inggris. Monumen ini berada di tengah kawasan National Mall di ibu kota Amerika Serikat, di kota Washington, D.C.

Di seputaran monumen tersedia taman yang luas. Di bagian dekat jalan raya, kadang tersedia becak hias. Becak becan ini mengingatkanku pada becak becak di Yogyakarta, Indonesia. Kami hanya melihat saja, tanpa ingin mencoba bagaimana rasanya naik becak di Amerika Serikat.

Monumen Washington

Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia Di Amerika Serikat

Ohya, di kota Washington, D.C. inilah berkantor Duta Besar Negara Republik Indonesia untuk Amerika Serikat. Alamat kantor kedutaannya berada di Jalan Massachute. Waktu akan mampir ke kantor ini, dari kejauhan sudah tampak bendera merah putih. Satu diantara atase kedutaan mengajak kami berkeliling di dalam bangunan kedutaan. Beberapa bagian ruang yang biasa digunakan oleh petinggi Negara kita, jika ada kegiatan kenegaraan, juga ditunjukkan pada kami. Luar biasa, di dalamnya penuh keindahan seni bangunan model Amerika jaman tahun Sembilan belas lima puluhan, masih tertata rapi, dan tampak memang sengaja dilestarikan.

Washington

Kota Washington DC memang kota internasional, dan hampir semua bangunan maupun monumen di seputar Washington DC tampak gagah, seolah mengajak kembali ke jaman Romawi. Kota ini juga menjadi kota tujuan impian banyak orang, agar bisa menikmati kehidupan di sana. Tentu dengan perjuangan luar biasa, setiap saat siap dihantui biaya mahal dan kerasnya persaingan saling mempertahankan kepentingan masing masing maupun kelompok. Berbagai suku bangsa tinggal di kota Washington DC., baik sebagai warga Negara Amerika Serikat maupun bukan. Kabar baiknya hukum benar benar ditegakkan untuk semua orang, dan kotanya pun relatif aman.

Seketat apa pun persaingan, tetap wajib selalu berada di jalur hukum. Kata pak Efendi seorang teman berasal dari Palembang-Indonesia yang sudah lama bekerja di Amerika Serikat. Pelanggar hukum, identitasnya akan tertulis selama tujuh tahun di arsip Negara. Kemana pun dia pergi akan mengalami kesulitan kehidupan selama tujuh tahun, meskipun hukumannya hanya beberapa bulan. Sebab meskipun sudah bebas hukuman, masih harus menerima sangsi sosial, misal jika ada perusahaan yang akan menerimanya sebagai pegawai, segera bisa melihat datanya, apabila dirasa perlu melihat riwayat orang tersebut. Begitu juga asuransi akan menaikkan iuran bulanan setelah tahu datanya. Apalagi bank, sudah pasti akan menaikkan bunga pinjaman, sebagai imbalan dari faktor resiko jika memberi pinjaman pada orang yang pernah melanggar hukum. Jadi begitulah beratnya sangsi sosial atas ketidak percayaan pada si pelanggar hukum.

Berbicara penegakan hukum, ada yang menarik. Satu diantara contohnya adalah mengapa tidak terlalu banyak silaturohmi saling berkunjung dari rumah ke rumah. Memang waktunya tidak ada atau karena takut terjadi tuntutan hukum. Setelah seminggu penuh bekerja: lima hari sebagai pegawai, dua hari beres beres rumah. Misalnya jika orang tua (ortu) mau datang ke rumah anaknya, ortu wajib menelpon lebih dulu untuk memberi tahu, jika tidak, jangan heran apabila si anak bisa marah karenanya, atau ortu dicuekin saja ketika datang ke rumah.

Siapa pun siap dituntut dan dilaporkan polisi. Misal ketika bertamu ternyata si tamu merasa keberatan atas hidangan kopi dengan air yang terlalu panas, sehingga membuat terganggu kesehatannya, tamu tersebut bisa menuntut tuan rumah. Atau ketika berjalan, terpeleset karena halaman rumah becek, bisa juga tuan rumah dituntut karenanya. Itulah salah satu sebab kenapa jarang ada silaturohmi di rumah. Mereka lebih suka bertemu di tempat umum, semisal di taman taman terbuka, atau menyewa tempat khusus bagi yang punya biaya.

Ohya lagi, selain itu, juga banyak yang menarik di kota Washington DC, salah satunya adalah pusat oleh-oleh berupa penjualan benda benda yang mencitrakan kota Washington DC, mulai dari gantungan kunci, tiruan Monumen Washington, kaos, topi dan tas. Semua dijual dengan harga grosir, bisa sampai separuh harga jika dibeli di tempat lain. Nama daerahnya aku lupa, yang jelas sederet toko sederhana, tidak terlalu jauh dari pusat kota, menjual barang barang tersebut, aku pun mengambil kesempatan bela beli di sana untuk oleh-oleh ketika pulang ke Indonesia.

Penulis Kek Atek, Penikmat Perjalanan, tinggal di Rumpin, Kab. Bogor, Jawa barat, Indonesia.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *