Tubuh Kata
Tubuh Ruang Aktor

Tony Broer

‘Tubuhkata tubuh’ adalah proses kreatif latihan tubuh dengan kesadaran tubuh sebagai gagasan atau tubuh itu sendiri sebagai ide, proses belajar pada tubuh sehingga mendapatkan kesadaran gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh tubuh, tidak menempatkan tubuh sebagai media penyampai atau dijadikan alat untuk menyampaikan gagasan.

Untuk proses latihannya penulis menamakannya ‘interogasi tubuh aktor’, yaitu proses membongkar dan mepertanyakan kembali persoalan tubuh aktor, sebab tubuh aktor pada proses teater sekarang seperti sudah selesai, semua dengan semangat cepat dan kalau ada target pementasan saja, tubuh aktor dilatih. Dengan proses latihan interogasi tubuh, maka aktor selalu diingatkan pada tubuhnya, proses latihan tubuh ini total hanya tubuh, tidak mengeksplorasi kata yang dikeluarkan oleh aktor.

[iklan]

‘Tubuhkata tubuh’, menawarkan pandangan baru tentang tubuh yang bukan sekadar media ungkap tetapi tubuh itu sendiri mandiri sebagai sebuah identitas. Tubuh dipandang sebagai fenomena yang berdiri sendiri sekaligus melakukan relasi dengan lingkungan: jalan, bangunan, kendaraan, orang-orang dan bahkan seluruh masyarakat dan ideologinya yang sedang dominan, proses teater yang utuh antara aktor dan tubuh sekaligus relasinya dengan masyarakat.

Masyarakat sekarang disadari atau tidak sangat menghamba pada benda-benda, eksistensi tubuh dibunuh dengan perlahan-lahan dan kemodernan dilambangkan pada tempat-tempat masyarakat berkumpul untuk melampiaskan keinginannya untuk menghamba pada benda-benda. Masyarakat kita semakin ‘wadhag’ (fisikal). Tubuh menjadi komoditi bisnis gincu, lipstik, rambut palsu, pembesar payudara, pewangi ketiak dan lain-lain. Tubuh didudukan pada posisi untuk menopang jiwa zaman (zeitgeist) karena benda-benda seperti mall, mobil, pakaian, tempat-tempat pelancongan, restoran mewah. Dengan kata lain, ada determinan atau yang menentukan keadaan seperti itu, yaitu sistem kapitalis, perdagangan franchise dan lain-lain.

Bisnis semakin merebak, untuk memiliki motor, mobil, semakin mudah, museum-museum digusur untuk mall, anak-anak tidak mempunyai taman untuk bermain dalam konteks ruang anak ini, penulis melahirkan karya dengan judul ‘Ayah Mencari Taman’, yang dipentaskan di sekitar jalan Dago Bandung tahun 2011, tentang hilangnya ruang publik (taman) atau semakin sempit bahkan tidak ada sama sekali, karya ini salah satu karya penyaji di jalanan (ruang publik).

Dalam bentuk yang lebih luas penulis berkeinginan membuat ‘ruang aktor’, sebuah tempat berlatih aktor untuk menemukan ‘meta-narasi tubuh’, yaitu membongkar kembali gerak tubuh yang selama ini telah dilakukan tubuh, mencoba kembali melatih gerak yang telah dilahirkan oleh tubuh selama menjalani kehidupan dengan proses interogasi tubuh di ruang publik dan panggung, kesadaran pada melahirkan gerak baru menjadi penting. Tubuh aktor akan terlatih untuk bermain di ruang publik juga panggung.

Dalam perkembangan teater pada masa kini, tubuh tidak hanya digunakan sebagai media untuk menyatakan dialog yang ada pada naskah. Sampai sekarang banyak kelompok teater yang melahirkan bentuk teater yang memakai tubuh langsung sebagai alat penyampai peristiwa, kata-kata yang lahir dari teater ini adalah tubuh yang melahirkan makna-makna baru di panggung. Pada latihan interogasi Tubuh akan melahirkan meta-narasi tubuh langsung di ruang publik dan panggung sehingga makna tubuh akan terus lahir di ruang publik juga panggung.

Tubuh sebagai proses dialog menjadi sebuah eksplorasi yang tidak pernah selesai dari kelompok teater yang memilih proses ini. Dalam pertunjukan, hampir tidak ada dialog yang keluar dari mulut aktor, kalaupun ada hanya sebagai hasil dari ekspresi tubuh. Kekuatan tubuh, kelenturan tubuh dan keseimbangan tubuh menjadi dasar-dasar latihan yang dipakai oleh kelompok teater yang memilih tubuh sebagai proses dialog. Tubuh bukan alat penyampai dialog naskah, sehingga tubuh menjadi tujuan itu sendiri. Akibatnya tidak diperlukan lagi cerita yang baku, karena tubuh itu sendiri adalah naskah, yang di dalamnya ada plot, karakter, konflik, struktur, irama bahkan pernyataan-pernyataan, maka proses tubuh ini akan menemukan ‘bahasa tubuh’.

Tony Broer adalah aktor dan berpendidikan di ISI Jogyakarta.
Tulisan ini diambil dari Koran ‘Dramakala’ edisi 21, Juli-Agustus 2014.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *