Bicara soal kekayaan budaya, Indonesia tak ada duanya. Dari Sabang samai Merauke, masing-masing daerah pasti memiliki budaya yang menjadi ciri khas daerah masing-masing. Sampai saat ini masih banyak warisan budaya yang dilestarikan oleh masyarakat setempat. Salah satunya adalah budaya yang ada di Nias, Sumatera Utara ini. Tepatnya di Desa Bawomataluo, salah satu desa adat di Kabupaten Nias Selatan, yaitu Tradisi Lompat Batu yang dalam bahasa setempat dikenal dengan istilah Fahombo. Selain ditampilkan sebagai acara adat, Fahombo ini juga bisa menjadi pertunjukan yang menarik, khususnya bagi para wisatawan yang datang ke sana.

Fahombo atau Tradisi Lompat Batu biasanya dilakukan hanya oleh para pemuda saja dengan cara melompati tumpukan batu setinggi sekitar 2 meter dan tebal 40 Cm, untuk menunjukkan bahwa mereka sudah pantas dianggap dewasa secara fisik dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah. Karena amat sangat menghormati dan meyakini akan tradisi nenek moyang itu, keluarga dari pemuda yang berhasil melompati batu, biasanya akan menyembelih beberapa ekor ternak sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan putranya.

Fahombo pertama kali muncul karena seringnya terjadi peperangan antar suku di Tanah Nias. Pada waktu dahulu, setiap kampung memiliki benteng pertahan masing-masing. Untuk memenangkan peperangan, setiap pasukan harus memiliki kemampuan melompati benteng pertahanan tersebut. Karena itulah dibuat tumpukan batu sebagai sarana untuk berlatih ketangkasan para pemuda agar terampil dalam urusan lompat melompat.

Walaupun tidak lagi dilakukan untuk tujuan perang, Fahombo masih tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya Nias. Tradisi lompat batu Nias kini menjadi semacam ritual untuk menunjukkan kedewasaan pemuda-pemuda di sana.

Ketika seseorang atau beberapa orang pemuda memutuskan untuk melakukan lompat batu, biasanya warga akan berkumpul di tempat pelaksanaan. Para peserta akan mengenakan baju adat yang khusus digunakan oleh para pejuang Nias dahulu. Sambil berbaris, mereka semua menunggu giliran.

Saat sudah tiba gilirannya, peserta akan mengambil ancang-ancang kemudian berlari kencang dan menginjakkan kaki pada sebongkah batu sebagai tumpuannya. Lalu dia akan melompat ke udara dan melewati batu besar setinggi 2 meter tersebut. Saat melompat, peserta tidak boleh sampai menyentuh batu besar tersebut, apabila menyentuh maka itu berarti dia belum berhasil.

Tradisi lompat batu ini biasanya diadakan pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan oleh masyarakat dan akan diikuti oleh para pemuda yang akan melakukan lompat batu tersebut. Biasanya, tradisi lompat batu ini dilakukan di tempat khusus yang dimiliki oleh setiap kampung di Nias. Tempat khusus ini sudah ada sejak dahulu, dan tetap digunakan secara turun temurun. Tempat tersebut ditandai dengan tumpukan batu setinggi 2 meter dan ketebalannya 40 cm yang nantinya akan dilompati oleh para peserta lompat batu.

Sampai saat ini, masyarakat di Nias masih menjaga dan melestarikan tradisi Fahombo ini. Jika dulu lompat batu dilakukan sebagai latihan menghadapi perang, sekarang tradisi lompat batu dilakukan sebagai ritual dan simbol budaya orang Nias. Tradisi Fahombo ini menjadi salah satu warisan budaya yang juga mendatangkan daya tarik wisatawan. (AY)

****

Dihimpun dari berbagai sumber oleh: Abah Yoyok

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *