Titik Balik

Sebuah Linimasa dalam Pementasan Sinopsis Tim 2019+” oleh Lab Teater Ciputat

Museum adalah tempat dimana artefak sejarah tersimpan dari masa ke masa sebuah ruang yang menyajikan linimasa peradaban yang diukir oleh makhluk yang bernama manusia, seperti Sebuah tengara di Museum Taman Prasasti yang berbunyi “Di taman ini terlukis peristiwa sepanjang masa dari goresan prasasti mereka yang pergi. Di sini pula tertanam kehijauan yang kita dambakan”. Manusia telah membangun sejarahnya sendiri dari abad ke abad bahkan sebelum nirleka atau jaman prasejarah manusia, di mana perilaku dan anatomi manusia pertama kali muncul, dari zaman batu, perunggu, megalitikum dan seterusnya manusia pada zaman prasejarah  secara sadar atau tidak sadar telah membangun museum mereka sendiri pada eranya. Adanya sebuah penemuan aksara sebuah catatan sejarah yang mencatatanya dalam puing batu, dinding goa, tugu prasasti daun lontar hingga lembar papirus, bahwa manusia secara estafet membangun pondasi peradaban di bumi ini yang kembali dipelajari oleh manusia di era selanjutnya berkembang hingga akhir renaisance yang di mana telah melahirkan sederet tokoh-tokoh besar yang telah menyumbang ide pemikirannya untuk membangun sebuah peradaban yang kita nikmati saat ini dan semua itu tersimpan membeku dalam sebuah museum di seluruh dunia apa pun itu bentuknya.

[iklan]

Bagaimana jika linimasa tersebut dipentaskan dalam sebuah pertunjukan teater atau drama, yang di mana patung tokoh sejarah dunia pada eranya masing-masing itu dikumpulkan dalam sebuah museum disaksikan oleh manusia era milenium di mana mereka hidup kembali membaur dan menyaksikan sebuah zaman yang sudah berubah serba digital. Hal itulah yang sedang dipentaskan oleh Bambang Prihadi (bembeng) bersama squad Lab Teater Ciputat.

Dalam kesempatan itu, Jakarta Art Council (DKJ), komite teater Dewan kesenian Jakarta, membuat sebuah pagelaran teater Tahunan, Djakarta Teater Platform di Taman Ismail Marzuki (TIM) 08 Juli – 20 Juli 2019 dengan tema “Kekuasaan Dan Ketakutan” adapun salah satu dari peserta tersebut adalah Lab teater Ciputat yang mengambil sebuah tema “Sinopsis TIM 2019+” sebuah konsep drama yang menjadikan sebuah museum menjadi sebuah pentas pertunjukan dramaturgi  menciptakan interaksi sosial dari berbagai era generasi kejayaan masa lalu hingga abad milenial serta menelaah kemajuan sosial, ilmu pengetahuan dan sain dari masa ke masa.

Erving Goffman menerangkan dalam bukunya tentang konsep besar dramaturgi bahwa Dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia atau lebih tepatnya sebuah teori yang mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam kehidupan manusia. Dramaturgi dicetuskan oleh Erving Goffman pada tahun 1959 yang termuat dalam karyanya berjudul “Presentation of Self in Everyday Life”.

Teknik yang dipentaskan Bembeng sekilas mirip Konsep Danarto “Membuat Pentas Pertunjukan Tanpa Penonton”. Pertunjukan tanpa penonton pastilah kita menerka konsep itu “mana bisa” sedangkan sebuah pementasan itu ditujukan untuk penonton. Konsep yang dimaksud tersebut adalah di mana penonton menjadi satu bagian dari sebuah pertunjukan. Bambang Prihadi mencoba menjadikan sebuah museum.menjadi sebuah pertunjukan. Di mana di awali para penonton digiring dalam sebuah lorong yang memperlihatkan sebuah patung tokoh dunia dari masa lalu sperti Hitler, Gajah Mada, hingga Cessar.  Bak museum mereka dibuat secara membaur untuk menontonnya, di sinilah awal berhasilnya sebuah konsep ketika anak Z Generation atau anak Milenial melakukan kebiasan ‘selfi’ atau sesi foto bersama patung tokoh masa lalu tersebut yang diperankan oleh para aktor.

Setelah itu penonton digiring oleh seorang guide menuju stage, tidak lama setelah itu patung tokoh dari masa lalu tersebut keluar satu persatu membawa sebuah koper besar secara acak berdiri kembali mematung di depan penonton, tidak lama salah satu tokoh Arjuna berlari dari arah pintu museum bukan karena ia tertinggal melainkan ingin menghadang para tokoh patung tersebut yang sudah membawa koper untuk tidak pergi meninggalkan museum yang di mana mereka ingin sekali menikmati hasil dari estafet sejarah yang bergilir di dunia ini. Arjuna berargumentasi bahwa kalian telah selesai dengan zamannya biarkan zaman ini diteruskan oleh generasi berikutnya, bagaimana bisa kalian hidup di era digital ini membaca map digital saja tidak bisa kalau kalian nyasar gimana. Begitulah kira-kira penggalan naskah yang diperankan Arjuna yang melepas kepergian teman-temannya menuju luar gedung. Inilah salah satu keunikan pementasan tersebut di mana para patung tokoh masalalu tersebut berdiri di atas cat walk meragakan busana kehidupan moderen. Lalu Uki Bayu Sedjati di samping saya berkomentar : Bembeng telah berhasil membuat ‘pensi’ di TIM. (BS)

Pementasan Sinopsis Tim 2019+ oleh Lab Tetaer Ciputat, Selasa 9 Juli 2019.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *