
RAKSASA HIJAU DAN SULING BAMBU
Diceritakan ulang oleh Zahra Zetira
Dahulu ada seorang kakek baik hati yang rajin memberi makan hewan-hewan di hutan Ringtongtang, hutan yang angker dan menyeramkan. Karena menurut cerita penduduk desa, di hutan tersebut tinggal Raksasa Hijau yang menjaga kehidupan semua makhluk hutan Ringtongtang. Tak hanya rakasasa hijau, di hutan Ringtongtang juga banyak pohon kering kerontang yang dahannya penuh kalelawar bergantungan, dan juga banyak hewan-hewan buas di dalam sana, tetapi sang kakek tidak takut. Ia dengan santai keluar masuk hutan untuk memberi makan hewan-hewan di hutan itu.
Suatu siang sang kakek datang kembali ke hutan dengan membawa banyak sayuran hasil panen kebunnya. Ia akan memberikan hasil panennya itu kepada hewan-hewan di hutan. Saat ia sedang memberi makan hewan-hewan hutan, diam-diam ada sesosok makhluk tinggi besar berwarna hijau sedang memperhatikannya di balik pohon besar. Ia menunggu waktu yang tepat untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Ketika sayuran sudah habis dimakan, dan hewan-hewan itu merasa kenyang, mereka lalu pergi meninggalkan sang kakek sendirian.
“Hmm… inilah waktu yang paling tepat aku menghampiri kakek tua itu,” pikir Raksasa Hijau.
Boom, boom, boom… suara langkah kaki raksasa hijau membuat sang kakek terkejut, ia menoleh ke arah datangnya suara lalu dengan berlari ketakutan dan mencari tempat untuk bersembunyi. Sang kakek melihat sebuah goa berukur kecil, ia pun masuk ke dalamnya. Raksasa hijau berhasil mengejar sang kakek hingga ke gua itu, tapi ia tak dapat masuk ke dalam gua karena terlalu sempit untuk ukuran tubuhnya yang besar.
“Hai, kakek tua, kau tak perlu takut denganku. Keluarlah dari tempat persembunyianmu!” perintah Raksasa Hijau. “Aku tidak akan memakanmu. Keluarlah kakek tua!” serunya lagi.
“Siapa kau, dan mengapa kau mengejarku?” teriak sang kakek dari dalam goa.
“Namaku Boo Raksasa. Kau tak perlu takut denganku, kemarilah!” Boo, si Raksasa Hijau mencoba meyakinkan Pak Tua.
Dengan ragu-ragu dan berusaha menahan rasa takut, Kakek Tua keluar dari tempat persembunyinya. Ia lalu berjalan menuju Boo, si Raksasa Hijau. Kedua lututnya gemetar, jantungnya berdegup kencang, tapi sang kakek dengan berani terus melangkah mendekati Boo si Raksasa Hijau, dan tibalah ia di hadapan Boo.
“Ada apa tuan raksasa, mengapa kau memintaku datang mendekat?” tanya sang kakek dengan tubuh gemetar.
“Jangan memanggilku tuan raksasa, panggil aku Boo!” seru si Raksasa Hijau, “Aku Boo, si penjaga hutan Ringtongtang.”
“Ba, ba..baiklah, Boo, tuan raksasa,” jawab kakek dengan terbata-bata.
“Tenanglah, kau tak perlu takut denganku, aku tak akan menyakitimu,” jelas Boo si Raksasa Hijau. “ Aku hanya ingin memberimu ini.” Boo mengulurkan tangan kanannya yang menggenggam sebuah suling bambu. “Ambilah suling bambu ini!” pinta Boo.
“Mengapa kau ingin memberiku suling bambu itu. Untuk apa?” tanya sang kakek heran.
“Karena kau sudah berbuat baik kepada hewan-hewan di hutan ini. Aku selalu memperhatikanmu saat kau sedang memberi mereka makan,” jelas Boo, “Ayo, ambilah suling ini! Suling ini milikku. Jika kau dalam bahaya, tiuplah suling ini, maka aku akan datang menolongmu.”
[iklan]
Hari semakin gelap, sang kakek segera mengambil suling itu dari tangan Boo. Kemudian ia pergi meninggalkan hutan Ringtongtang dengan membawa suling bambu pemberian Boo si Raksasa Hijau. Perjalanan pulang dari hutan Ringtongtang ke rumahnya cukup jauh. Sang kakek harus melewati padang rumput alang-alang yang luas. Malam yang sepi di padang ilalang itu membuat suara apapun terdengar jelas. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang meminta tolong.
“Tolong… tolong aku!” Terdengar suara teriakan minta tolong. Kakek Tua pasang kuping, mencoba mencari dari arah mana suara itu datang sambil bergumam dalam hati. “Sepertinya ada seseorang yang membutuhkan pertolongan, tapi dari mana suara itu berasal?”
“Tolong, tolong…tolong aku!” teriak suara itu lagi. Semakin jelas terdengar dari arah mana datangnya suara.
Kakek Tua terus berjalan mendekati sumber suara, melewati semak-semak ilalang sembari celingak-celinguk, mencari asal suara yang meminta tolong. Matanya memperhatikan sekeliling padang. Di kejauhan terlihat seseorang berada di dahan sebuah pohon. Kakek Tua segera menuju tempat tersebut. Alangkah terkejutnya saat ia tiba di sana. Ternyata di bawah pohon itu ada seekor srigala yang sedang menunggu seorang pemuda turun dari atas pohon. Kakek Tua tak tahu harus berbuat apa. Pemuda yang di atas pohon itu terus berteriak-teriak minta tolong.
“Tolong,.. Siapa pun tolong aku. Tolong…!”
Seketika sang kakek teringat akan suling bambu pemberian dari Boo si Raksasa Hijau. Ia bermaksud hendak mencoba meniup suling tersebut, tapi tiba-tiba hatinya ragu. Ia berpikir, apakah suling ini benar-benar dapat memanggil Boo si Raksasa Hijau? Bagaimana jika saat ia tiup, raksasa itu tidak datang, tapi malah membuat srigala terganggu dan memakannya. Tapi jika ia tak mencobanya, srigala itu akan tetap menunggu di bawah pohon dan menjadikan pemuda itu santapannya. Maka dengan berani sang kakek segera meniup suling bambunya,
“Tuit, tulit, tulit, tut, tut, tulit, tulit…”
Pemuda yang berada di atas pohon itu menghentikan teriakannya karena tahu ada seseorang yang akan menolongnya. Sang srigala mendengar suara suling yang dimainkan sang kakek. Segera ia menghampiri sang kakek yang berdiri tak jauh dari pohon.
“Alat apa yang kau mainkan itu, Kakek Tua?” tanya srigala, “Aku suka mendengar bunyinyau, ayo teruslah kau mainkan alat itu. Jika sampai kau berhenti memainkannya, aku akan memangsamu!” ancam srigala.
Dengan tangan gemetar, Kakek Tua terus meniup suling bambunya. Entah mengapa, srigala tiba-tiba menari mengikuti alunan bunyi suling. Ketika srigala sedang asyik menari, tiba-tiba saja angin besar berwarna hijau datang ke arah Kakek Tua. Angin itu lalu berubah menjadi sesosok makhluk besar berwarna hijau. Boo, si Raksasa Hijau datang menyelamatkan sang kakek.
“Booooo!” Raksasa Hijau itu berteriak dengan suara menggelegar yang membuat alam sekitar terasa bergetar. Apa yang ada di dekat si Raksasa Hijau semuanya beterbangan tertiup angin kencang, kecuali si pemuda dan Kakek Tua,
Karena teriakan Boo si Raksasa Hijau, akhirnya Kakek Tua berhasil menyelamatkan pemuda tersebut. Pemuda itu lalu turun dan mengucapkan terima kasih kepada Kakek Tua dan Boo, si Raksasa Hijau.