
Pulau Perindu
Wahai pengelana,
Ukirlah jejakmu di candu tanah ini
Bertahta senyuman yang kau punguti
Tanpa perlu berbisik pilu hati
Wahai pengelana,
Suguhkan langkahmu di kisah mendalam
Terselip cerita piawai meredam
Tanpa harus larut pada masa lalu kelam
Wahai pengelana,
Tunjukkan, jangan hanya di ceritakan maujud
Sebagai wujud yang kekal dalam takjub
Sebagai rindu yang melukis dalam syahdu ujub
Bahwa, pulau perindu itu benar adanya
#2021
Perancah Diam dan Sunyi
berdawai senja merah
mengingat di ujung sana
dalam dekapan selimut kabut
merebak mewangi memeluk rindu
diam dan sunyi
menjaga sungguhlah berat
di ruang kehidupan
adakah kata yang terberat untuk diucapkan?
#2021
Jagad Kasmaran
Wahai kisanak,
jangan mencari pengganti
kekurangan sang senja
Wahai kisanak,
jangan menuntut pencinta
kebanyakan sang gairah
Ingat, seketika semua mampu…..
menunggumu tanpa sekat
Sesabar membibiri hambar,
padang sendumu punya cara tetap menyala
#2021
Sultan Musa berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media cetak dan daring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional dan Internasional. Tercatat pula dibuku Apa dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitan Yayasan Hari Puisi (2017). Karya tunggalnya pada tahun 2021 berjudul Titik Koma menjadi nominasi buku puisi unggulan versi Balai Bahasa Kalimantan Timur.