Memahami puisi sama halnya merawat bayi. Perlu ketelitian dan ketelatenan untuk bisa memahami bahasanya (gerak-gerik tubuhnya atau kandungan isinya) sebab pada tiap baitnya mengandung nyawa. Ruh bagi tubuh yang menjadikan setiap kalimat itu hidup dan menghidupkan kehidupan. Di mana di mata seorang penyair tiga transisi waktu berpadu jadi satu. Sehingga dirinya dan pembaca tiada beda serta dirinya bisa berperan ganda dalam mengolah rasa, melalui tirakat laku batin dan perenungan tajam yang menjadikan kesan dan pesan dalam bait puisi begitu berarti, menancap di hati dan di ruang lingkup imajinasi. Sebagaimana puisi yang ditulis oleh Khalimatu Sa’diah ini. Silakan dibaca dan direnungkan. Salam mbludus. Asih asah asuh. (Redaksi)

[iklan]

Halaman Pertama

Halaman satu Indonesia ini
Berisi pesakitan-pesakitan idealisme hidup
Sehat, kaya, jenius dan bahagia hati
Sesungguhnya mereka nyata redup
Disingkap jiwa mati
Terus koar-koar berpolitik, klaim dirinya sanggup
Membawa negeri
.
Sebab kampanye pelangi juga
Rakyat semakin terkubur : chaos dan mimpi
Bergelas-gelas vodka dijamukan di mulut mereka
Kemudian, mabuklah pejabat tinggi
.
Lantas kepada siapa
‘Surat-surat sang Negarawan’ Machiavelli ditujukan?
Pro Deo, Pro Parte dan jelata
Habis dikubur harapan
.
Malang, 28 September 2018, Ruang Tamu

Vivere Pericolosamente
.
Kita bercakap-cakap tentang nasi
Kataku, aroma kehidupan
Katamu, pengganjal sepatu pagi
Mendadak harganya melambung nian
Lalu para miskin tercekik sen…

Negeri Skripsi

Dalam bab satu
Kursi pemerintah milik bersama
Tapi ternyata paradoksal sengketa tetaplah lagu
Yang menjadikan ambisi pejabat seperti bara
.
Oh Tat Tvam Asi,
Hanyalah slogan dalam buku filsafat
Sisanya : penggalan rusuh di jalan raya
Di mana idealisme dan politik berkutat
Menjelma menjadi pasal-pasal kotor dalam bab dua
..
“Mak, aku ingin jadi menteri!”
“Sudahlah Nak! Abu tidak akan kembali!”
Kecuali tersisa aroma
Tentang negara skripsi mati dalam bab tiga
.
Halaman, 26 September 2018, 09.15

Surat

Surat kepada negara, dari pemuda
Berisi : atomisasi doa
Kecerdasan pelajar hanyalah sebatas sampul
Primordial, fundamental yang tumpul
Maka ia mengeluh
Pertiwi ini semakin jauh
Dari kata : karotid agama
Tetangga pemuda bertanya
“Makan apalagi hari ini, Nak?”
Kami sarapan dualisme : kampanye dan doa donggala!
.
Halaman, 10 Oktober 2018, pagi.

Wasiat
.
Bapak berwasiat kapan lalu
Presidenmu Jono, kau akan tetap bekerja
Presidenmu Jum, kau memecah batu
Istrimu Sumini, cari duitlah
Jika istrimu Hasna, tiap hari imamilah surau
Ini hidupmu, bukan tetangga sebelah
Riadat dan rhapsodi katamu
Uang tetaplah halkah
.
Halaman, 10 Oktober 2018, pagi

Riwayat penulis :
Khalimatu Sa’ Diah. Lahir di Malang. Menyukai dunia bisnis dan sastra. Sempat belajar sastra Jerman. Memiliki novel 31 Aurora, antologi Kolase, serta antologi bersama antara lain: Sajak Penyair ASEAN 2, Tifa sang Guru, Metanoia, kumpulan dongeng Cermin dan lain-lain. Pernah menjuarai Deutsche Tage III. Bisa dihubungi d
Hanamidee@gmail.com

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *