Puisi adalah penanda. Puisi adalah pengingat. Penanda yang diberikan oleh penyair pada sesuatu atau peristiwa-peristiwa, pengingat atau apresiasi dari penyair terhadap sesuatu atau peristiwa-peristiwa. Penanda dan pengingat yang tentunya diharapkan oleh sang penyair dapat menyentuh imaji maupun perasaan pembacanya. Seperti puisi-puisi Ca’at Fa di bawah ini. (Redaksi)

[iklan]

Puisi – Puisi Ca’at Fa

Jalan itu

jalan itu harus kau lalui
lihat jalan itu
dengan mata tidak terpejam
dan kepala tetap tegak

boleh merunduk sesekali
tuk memastikan langkah
atau tengok ke kiri dan kekanan
agar tidak bersenggolan

jangan dongakkan kepalamu
terlalu lama
nanti kau bisa tersandung
atau malah terperosok
ke dalam lubang

juga jangan kau
menoleh kebelakang
terus menerus
nanti kau akan tersesat
boleh menoleh kebelakang
tetapi sesekali saja
agar kau tahu arah yang benar

tegakkan kepalamu
melangkahlah dengan kepastian
berlenggang sambil tersenyum

sf
11.05.18
17:08

Suara-Suara

kembali mulut-mulut berbusa
mengeluarkan bau tak terkata
sambil menunjuk-nunjuk kepala
ludahnya muncrat bagai racun berbisa

orang-orang berdiri terkesima
kepalanya manggut-manggut berirama
lalu bagai kesurupan berteriak bersama
sambil menampar orang dengan kaos berbeda

kamu mau apa
kamu itu siapa
tak usah berkata-kata
semua kan sia-sia

sudahlah jangan lagi mengumbar suara
simpan saja dengan rapi di kolong meja
biarkan ia di situ sampai waktunya tiba
lalu kau berikan kepada yang kau suka

sf
12.05.18
06:05

Angin

angin tak ada
tak ada angin
ada angin tak
: kataku

aku dianggap angin
dianggap angin aku
apa aku cuma angin
: kataku

angin diperlukan ketika
badanmu terasa gerah
agar sejuknya
menentramkan hatimu
: kataku

sf
12.05.18
23:27

Senja

senja meraja
lembayung berkilau keemasan
ditingkahi semilirnya angin
ombak bermanja di pasir pantai

sementara senja dengan setia
mengantar sunyinya malam

aku sendiri

sf
14.05.18
16:31

Malam

malam sudah melipat senja
senja dengan segala kenangnya
yang meluruhkan hati
menuntun kata menjadi puisi

malam sudah menggelar mimpi
mimpi dari segala mimpi
yang bertebaran
di langit-langit kamar sepiku
semua tentang kamu duhai kekasih

malam sudah menebar bintang
bintang terhampar bagai permata
kan kurangkai bagai kalung mutumanikan
yang kan kupersemahkan hanya untukmu

dan malam semakin malam

sf
14.05.18
20:17

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *