Permainan Dampu Batu
Dampu adalah salah satu jenis permainan ketangkasan jaman dulu di Betawi yang menggunakan sarana batu sebagai alat dalam permainan. Batu pipih yang bisa diletakkan berdiri. Permainan dilakukan secara berpasangan. Setiap pasangan atau regu bisa terdiri dari 1, 2 atau 3 orang. Permainan Dampu memang khusus untuk anak lelaki, mulai usia 6 tahun sampai remaja. Bahkan orang dewasa pun bisa memainan permainan ini. Dampu dimainkan di tanah lapang dengan membuat garis-garis di permukaan tanah seperti terlihat dalam gambar berikut ini:
[iklan]
Gambar 1: Garis Permainan Dampu.
Keterangan:
Garis 1 adalah garis dampu tempat memasang batu.
Garis 2 adalah garis batas lompat.
Garis 3 adalah garis batas awal bermain
Jarak garis 1 dan garis 2 ditentukan berdasarkan kesepakatan antar pemain. Jarak diukur dengan ‘telapak kaki’. Umumnya 3 sampai 4 telapak kaki.
Jarak garis 2 dan garis 3 (start) diukur dengan ‘langkah kaki’. Umumnya 4-5 langkah.
CARA BERMAIN
- SUKAT-SUKATAN
Sukat-sukatan adalah menentukan siapa yang akan bermain duluan. Caranya, yaitu dengan melemparkan batu dari garis start (garis 3) ke garis 1. Batu yang terdekat dengan garis, itulah yang bermain terlebih dahulu. Untuk menentukan siapa yang bermain lebih dahulu juga bisa dilakukan dengan mengadu jari tangan atau ‘gamsit’
Pihak yang kalah gamsit atau kalah dalam sukat-sukatan memasang batu dalam posisi berdiri di garis 1 (lihat gambar). Pihak yang menang mulai bermainan.
- LEMPAR BATU
Dari Garis Start (garis 3) Pemain melemparkan batunya ke arah batu lawan yang dipasang berdiri di garis 1. Jika berhasil mengenai batu lawanya sampai terjatuh, dia bisa melanjutkan untuk melanjutkan ke babak berikutnya (Gampar). Jika batu lawan yang terpasang di garis 1 tidak berhasil dijatuhkan (dikenai) pada lemparan pertama maka pemain bisa melakukan lemparan berikutnya dengan cara: berjongkok di tempat batu terjatuh lalu melemparkan batu melalui selangkangan ke arah batu lawan. Bila batu berhasil dikenai dan terjatuh, permainan dilanjutkan ke babak berikutnya.
- GAMPAR
Setelah lawan memasang kembali batunya dalam posisi berdiri di garis 1, Pemain siap melakukan permainan babak berikutnya, yaitu Gampar dengan cara sebagai berikut:
- Letakkan batu di telapak kaki kanan (atau kiri) bagian atas, lalu melompat dengan satu kaki sebanyak 1 kali.
- Menapakkan telapak kaki kanan (atau kiri) yang ada batunya ke tanah, melangkahan kaki kiri (atau kanan) lalu mengayunkan telapak kaki kanan (atau kiri) untuk melontarkan batunya ke arah batu lawan yang terpasang di garis 1. Jika lontaran berhasil mengenai batu lawan sampai terjatuh maka permainan dilanjutkan ke babak berikutnya, babak terakhir (Ningkring)
Jika batu terjatuh ketika melompat maka pemain tak bisa melanjutkan permainan. Namun teman pemain bisa membelanya.
- NINGKRING
Setelah batu lawan dipasang kembali di garis 1 dalam posisi berdiri, pemain bersiap-siap untuk memainkan babak terakhir, yaitu Ningkring.
- Letakkan batu di telapak kaki kanan (atau kiri) bagian atas, lalu melompat-lompat dengan satu kaki (ningkring) sampai ke batas garis 2.
- Lompati garis 1 dengan 1 kaki lalu jatuhkan batu lawan dengan melontarkan batu yang ada di atas telapak kaki. Jika kemudian batu lawan terjatuh, maka pemain dinyatakan menang.
Jika batu terjatuh ketika meningkring atau melompat maka pemain tak bisa melanjutkan permainan. Namun teman pemain bisa membelanya.
CATATAN:
BELA
Bila dalam permainan baik di babak 1, 2 atau 3 (lempar, gampar atau ningkring), bila ada seorang pemain yang tak bisa menjatuhkan batu, maka teman pemain tersebut dibolehkan membela (membantu) untuk menjatuhkan batu. Jika ternyata batu tak bisa dijatuhkan juga maka permainan diulang dari awal. Gantian, yang tadi masang batu kini giliran bermain.
HUKUMAN/DAMPU
Apabila pada babak pertama, ketika pemain tidak berhasil menjatuhkan batu pada lemparan pertama, dan jarak jatuh batunya ke garis 1 pas atau kurang dari 3 telapak kaki, maka terjadi dampu atau Hukuman. Pihak yang bermain mendapat hukuman yang ditentukan oleh lawan. Bila mampu menjalani hukuman, permainan bisa dilanjutkan ke babak berikutnya. Bila tidak maka yang bermain gantian.
Hukuman yang diberikan pihak lawan biasanya adalah berupa adu ketangkasan dengan menggunakan batu. Misalnya: melontarkan batu dari telapak kaki dan menangkapnya dengan tangan yang diletakan di depan atau di atas kepala; ningkring dengan meletakkan batu di telapak kaki lalu naik turun pohon dengan batu masih tetap menempel di telapak kaki; melontarkan batu dari telapak kaki dan menangkapnya dengan punggung telapak tangan atau dengan dua jari, dsb dsb. (AY)