Nice Trip to India
India, adalah negara demokrasi liberal terbesar di dunia dengan jumlah penduduk 1,3 milyar jiwa. Dari sejumlah itu, setengah milyar penduduk masih hidup di bawah garis kemiskinan. Itulah mungkin penyebab mengapa kesenjangan ekonomi masih terlihat mencolok di sana.
Ada gedung setinggi 165 lantai di Mumbai, yang tak lain adalah rumah tinggal salah satu orang kaya di India. Sementara di pinggir jalan masih terlihat gembel tidur dengan hanya beralaskan kardus. Saya pun melihat dengan mata kepala sendiri beberapa anak kecil mengais sisa-sisa makanan di antara sampah-sampah bersama beberapa ekor babi.
Meski sudah dihapuskan, sistem kasta atau strata sosial, masih berlaku dalam tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat India, dan seperti sulit hilang sepenuhnya. Lima kasta itu adalah, Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra dan Paria. Tapi ternyata masih ada kasta lain yang lebih rendah, yaitu kasta Dalit atau kasta haram. Dimana saking rendahnya, mereka seringkali tak dianggap keberadaanya. Tak jarang, orang dari kasta Dilit menjadi bulan-bulanan para manusia yang merasa lebih tinggi derajatnya. Mereka bukan saja mendapat perlakuan tak wajar. Tetapi kekerasan fisik hingga penganiayaan yang tak manusiawi seperti mengikatnya di pohon lalu dipukuli sampai mati, masih sering terjadi.
[iklan]
Mau tau story lain lagi? Ada satu kaum bernama kaum Mustahar, dimana saking sulitnya kehidupan mereka, memakan tikus adalah salah satu cara mereka untuk bertahan hidup. Hii…
Membahas India bukan hanya soal Taj Mahal yang butuh waktu 12 tahun untuk membangunnya. Dimana konon katanya, arsiteknya langsung dibunuh dan 7.000 orang buruhnya sebagian dipotong tangan dan sebagian lagi dibutakan matanya, demi menghindari pembuatan bangunan yang mirip. Istana Taj Mahal adalah istana pertama yang terbuat dari marmer yang belum pernah ada sebelumnya. Sebuah Istana yang ada makam di dalamnya. Taj Mahal dipersembahkan oleh Pangeran Syah Jahan untuk mendiang istrinya, Mumtaz Mahal, yang wafat ketika melahirkan anak mereka yang ke empat belas.
Menulis tentang India, saya harus paham dulu sejarahnya, meski sekilas. Jika kita melihat banyak peninggalan sejarah yang dilindungi UNESCO, itu adalah karena warisan Raja-Raja Mughal. Dinasti yang sempat membuat India begitu diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Dahulu Islam begitu kuat di India. Islam mulai menyebar ke India pada tahun 1020M pada masa Khlaifah al-Walid dari dinasti Bani Umayyah. Dipimpin panglima Muhammad bin Qasim, imperium Islam berhasil menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengislamkan hampir sebagian masyarakat India. Sebelum India besar dan mengalami kejayaan di bawah kepemimpinan dinasti Mughal, ada dinasti lain sebelumnya, yaitu kerajaan Ghaznawi 997-1186, Khalji 1296-1316, Tughlaq 1320-1412, Sayyid 1414-1451 dan Lodhi 1451-1526.
Dinasti Mughal
Antara tahun 1500-1800, adalah masa peradaban Islam di India. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri kerajaan Mughal, sang raksasa dunia. Jika di Turki ada Ottoman atau Turki Usmani, maka di India ada Mughal. Dialah yang membangun pondasi awal pemerintahannya yang mampu bertahan hingga tujuh generasi. Awal kepemimpinan Babur masih banyak pemberontakan dari kalangan Umat Hindu yang tidak menyukai Raja Mughal dengan bendera Islamnya. Tapi selalu berhasil dikalahkan. Pengganti Babur adalah Nashirudin Humayun (1530-1556). Pada kurun waktu ini pun India masih banyak mengalami kekacauan dimana-mana. Selain dari orang-orang Hindu, juga orang-orang Sikh. Pada masa itu, Humayun harus bersembunyi ke Istana Safawiya demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Humayun wafat tak lama kemudian, dan roda pemerintahanan dijalankan oleh Istrinya, Hamida Banu, dibantu Jenderal Bairam Khan atas nama putera Humayun, Akbar Khan yang saat itu masih berusia 13 tahun. Akbar Khan kemudian naik takhta pada usia 15 tahun. Barulah kemudian pada masa kepemimpinan Akbar Khan, India mulai menjadi sebuah bangsa yang maju.
Akbar Khan berhasil membawa kekaisaran Mughal menguasai wilayah yang luas meliputi banyak area yang kini menjadi India, Pakistan dan Afghanistan. Meski Akbar yang dibantu Hamida Banu, ibunya, mulai menjalankan pemerintahannya secara militer. Namun demikian, negara yang luas wilayahnya itu juga mulai mengenal demokrasi. Akbar Khan mulai menerapkan kebijakan politik sulakhul atau toleransi universal. Artinya, semua rakyat India dipandang sama, tanpa dibedakan etnis atau agama. Bahkan Sulthan Akbar Khan ini memiliki lebih dari satu istri dengan agama berbeda, Hindu, Kristen dan Islam.
Kemajuan yang dicapai dinasti Mughal pada masa Akbar Khan tak lagi bisa dicapai India. Meski dinasti itu masih bertahan hingga 3 generasi selanjutnya, Jahangir (1605-1628), Shah Jahan (1628-1658), Aurangzeb (1658-1707). Selama masa-masa itu India mengalami pasang surut. Pada masa Jahangir, India kehilangan Kandahar (Afghanistan), walaupun banyak daerah lain di India Utara berhasil direbut. Pada masa Aurangzeb berkuasa, India kehilangan jalur sutra yang berfungsi sebagai jalur perdagangan. Suatu kota direbut pihak lain, namun satu kota berhasil direbut India. Satu daerah direbut agama/suku/etnis lain, namun satu daerah lain berhasil direbut India.
Apakah di kalangan intern Mughal itu sendiri juga terjadi konflik? Sering. Di antaranya yang tercatat sejarah adalah saling rebutan kekuasaan. Ada anak yang memenjarakan ibu tirinya karena dianggap membahayakan jalannya pemerintah dan kekuasaan. Atau ada anak yang merebut paksa kekuasaan dari tangan ayahnya atas hasutan pihak lain.
Menjadi negara besar dengan kekayaan alam tak ternilai yang terkandung di dalamnya, juga bukanlah hal yang mudah. Bangsa Spanyol dan bangsa-bangsa lain di Eropa juga mulai berdatangan ke Asia Timur untuk alasan berdagang. Inggris adalah salah satunya yang mendirikan East India Company pada tahun 1600.
Kedok Imperialisme
Imperialisme adalah satu kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atas satu negara dengan alasan agar negara itu bisa berkembang dan dipelihara. Dengan kata lain, India pernah dijajah hampir 100 tahun lamanya oleh bangsa oleh Inggris. Gara-garanya adalah, ketika kerajaan Mughal sudah tak lagi ditakuti dan kendor pengaruhnya, kehancuran dimana-mana. Pergolakan dan perebutan kekuasaan/daerah atas dasar suku dan agama terjadi dimana-mana. Puncaknya, negara-negara lain ikut merampok. Persia dan Iran merampas puluhan ton emas India dari Delhi. Suku Sikh merebut Punjab, lalu orang-orang Hindu menguasai India. Perang dan kekacauan terjadi dimana-mana. Maka datanglah bangsa Inggris untuk memuluskan kepentingan dagangnya, yang pada akhirnya mengambil alih negara itu. Selama 89 tahun India resmi dijajah Inggris. Dua tahun setelah selesai perang dunia ke II pada tahun 1947, atas desakan negara-negara besar lain, India memperoleh kemerdekanaannya dari Inggris. Inggris juga memberikann kemerdekaan kepada Pakistan, hingga India dan Pakistan berkonflik sampai saat ini. Konon kabarnya, selama masa Inggris berkuasa, sekitar $45 trilyun kekayaan India dinikmati Inggris, atau 17x pengeluaran bruto Inggris saat ini.
Dengan usia kemerdekaan yang 72 tahun, India juga masih menyisakan banyak problem, termasuk masalah kemiskinan, tingginya aborsi dan tingkat pembunuhan yang mencapai sekitar 32.000 kasus per tahun. Di sana masih sering terjadi seseorang dibunuh hanya karena makan daging sapi. Hindu dan muslim, soal agama. Seorang perempuan ditembak manakala dia berhenti menari pada sebuah panggung di acara pernikahan. Seorang perempuan mati diperkosa oleh sekelompok pemuda, lalu mayatnya digantung di atas pohon. Hal-hal menyeramkan sudah saya dengar, namun tak menyurutkan keinginan saya untuk mengunjungi India.
Karena mengunjungi India pula saya lalu berpikir, bahwa mungkin seperti inilah problem negara-negara yang luas wilayah dan banyak penduduknya. Faktor ekonomi dan lebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah sosial.
Tambang India menghasilkan mika, mangan, tembaga, bauksit, kromit (biji kromium), seng, dan mineral lain yang penting untuk industri modern. Juga emas, perak, berlian, zambrut dan batu permata lainnya. Sekitar 10 tahun lalu, nilai total perdagangan bilateral antara Amerika dan India sudah mencapai 50 Milyar USD. Amerika mengekspor peralatan laboratorium kesehatan, pesawat hingga komputer dan India mengekspor hasil tekstil, pertanian, logam mulia dan permata hingga bahan kimia.
Film India, Bhopal dan salah satu Berlian Terbesar
India adalah bangsa pertama yang memintal kapas. India juga maju industri filmya. Orang-orang India gemar sekali menonton film. Dan di antara mereka, bahkan ada yang rela menjual sebelah ginjalnya demi menonton film dari aktor-aktris pujaannya.
Tentang film India yang saya tau, jaman saya masih kecil, bioskop Rivoli di Kramat Raya adalah salah satu bioskop bergengsi yang selalu menayangkan film-film India. Untuk seukuran Asia, India adalah negara penghasil film terbanyak setelah HongKong. Industri yang menjanjikan, dan membuat jutaan orang berimigrasi ke Mumbai setiap tahunnya untuk mengadu nasib.
Hal lain yang saya lihat beritanya di TV tentang India adalah kasus Bophal yang menghebohkan itu. Kejadian di mana pabrik kimia yang saham perusahaan terbesarnya dimiliki Amerika, mengalami kebocoran pada salah tabung zat berbahaya jika dihirup manusia. Setengah juta orang cedera, dua juta orang mati sia-sia akibat menghirup gas metil isosianat. Puluhan ribu lainnya mati setelahnya. Puluhan ribu lainnya cacat ringan hingga permanen. Bahkan peristiwa yang terjadi pada tanggal 3 Desember 1984 itu masih menyisakan duka hingga hari ini. Cacat lahir, kemandulan, kebutaan, kanker, hilang ingatan hingga lingkungan yang tercemar.
Hmm… sepertinya negeri India ini selalu dirundung duka. Tetapi jangan salah, jika saya berjalan-jalan kemana pun diseluruh dunia, ada banyak sekali wajah-wajah India yang saya temui. Membuktikan bahwa banyak di antara mereka yang kaya raya. Apalagi di London, Inggris. Banyak orang India yang tinggal dan menetap di negara tersebut.
Mulanya, saya mengira Gandhi adalah perdana menteri India pertama setelah merdeka. Ternyata bukan. Karena perdana menteri India pertama adalah Jawaharlal Nehru. Saya kira Indira Gandhi adalah anak Mahatma Gandhi. Ternyata bukan juga. Beliau adalah anak Jawaharlal Nehru yang menikah dengan seorang pria bernama belakang Gandhi. Ketiga orang itu pernah bersekolah di Inggris. Hanya Nehru yang wafat sebab alamiah. Indira wafat ditembak pengawalnya sendiri yang orang Sikh tak lama setelah Indira menyetujui menggunakan tindakan militer yang mengakibatkan kematian ribuan orang Sikh. Sementara Mahatma Gandhi dibunuh oleh seorang fanatik Hindu.
Hmm… mengunjungi India saya tak bisa menghakimi atau menghina negara pencipta permainan catur tersebut. Banyak hal yang membuat kita kagum. Bagaimana ada satu tempat berisi candi-candi yang berusia ribuan tahun. Tak banyak catatan resmi selain dari catatan yang orang-orang Inggris tuliskan. Kuil-kuil indah. Istana raja. Taman-taman untuk maharani, juga kolam air pemandian raja-raja.
Oh ya, jika kamu ingin tahu bagaimana hebatnya sesuatu yang berasal dari India, Berlian Noor adalah salah satunya. Itu adalah berlian asal India yang kini menghiasi Mahkota Inggris. Dengan mahkota itulah pada tahun 1953 Ratu Elizabeth dinobatkan. Dengan memakai Mahkota itu pula nanti pangeran William akan dinobatkan. Berlian 105 Karat yang kini menghiasi museum menara London.
Tentang India? Hmm… banyak. Mungkin kamu juga alami hal-hal lucu seperti yang saya alami, misalkan kamu dimintai uang kembali, untuk bisa duduk di lantai dua sebuah kapal feri, padahal kamu sudah membayar tiket. Atau seorang pelayan yang meminta langsung tip dari nampan kecil berisi uang kembalian. Saya cuma tak paham, begitu beraninya dia meminta TIP bahkan sebelum sempat si nampan kecil itu menyentuh meja. Lalu pengalaman lain, saya berhenti untuk lunch antara Jaipur-Delhi. Sebuah Resto bagus bak istana. Pelayan-pelayan mempersilahkan duduk. Lalu piring-piring bersih mulai disiapkan sebelum makanan disajikan. Rasanya saya kembali ke peradaban kuno. Setelah sebelumnya saya lihat makanan-makanan pinggir jalan yang dilayani menggunakan tangan telanjang, dan kita memakannya hanya pakai kertas. Sekarang makan di restoran yang bersih dengan menu ala western tersedia.
Kemudian saya pergi ke toilet. Dua orang pemuda menunduk, menjaga di depan pintu toilet. Oh… so sweet… saya kira mereka penjaga toilet yang ditugaskan oleh pemilik resto untuk kenyamanan pengunjung, sebagai service. Saya pikir karena sulitnya lapangan pekerjaan, mau saja mereka bekerja seperti ini. Kasihan sekali. Ternyata… dugaan saya salah. Selesai dari toilet, saya dicegat pas mau keluar. Salah satu penjaganya minta uang! Lah, di Indonesia saya belum pernah mengalami kejadian ini. Dimintai uang saat mau keluar dari pintu toilet di satu restoran yang cukup mewah.
Pengalaman lain yang nggak enak juga saya temui ketika berjalan di trotoar sebuah kota yang konon katanya paling maju atau modern se-India. Tumpukan kotoran tinja hewan dan manusia berserakan di mana-mana. Aroma pipis yang menyengat atau tumpukan tinja di kloset-kloset jongkok bisa kamu temui di obyek-obyek wisata yang padahal kamu sudah membayar tiket mahal untuk masuk ke dalamnya.
Ya sudahlah. Kita lihat India dari sisi lain saja. Peninggalan-peninggalan bersejarah mereka yang tiada tandingnya. Menikmati semua relief-relief, lukisan atau gambar-gambar yang andai saja saya mengerti semua maknanya. Waw.
Sekarang soal makanan. Jika perut kamu manja, sebaiknya masuklah ke restoran yang sedikit mahal. Urusan harga, sama seperti Jakarta, bahkan bisa dibilang lebih murah dari pada daerah Tangerang Selatan atau Puncak.
Untuk perkara menginap, kamu akan temukan banyak variasi harga hotel-hotel. Jangan khawatir. Semua harga bersaing. Dari bandara menuju ke mana pun di kota itu, ada taksi resmi yang siap mengantarkan anda sampai ke tujuan. Ingat, jangan sekali-kali pergi ke satu tempat yang kamu tak paham tanpa menghubungi petugas hotel. Mereka biasanya mau membantu untuk urusan transportasi. Bajaj atau mobil selalu siap mengantar anda kemana saja.
Di India, untuk mendapatkan plastik tidak segampang seperti di Indonesia. Di sini kita bahkan memakai tas kresek hanya untuk membeli oncom seharga dua ribu rupiah. Di India, saya hanya diberi bungkusan koran, untuk hampir 2 kg buah-buahan yang saya beli di pinggir jalan. Tentu saja brodolan.
Orang-orang India juga jarang merokok. Sangat jarang. Saya bahkan tak pernah melihat orang India merokok di jalanan. Bisa dibilang, tak ada.
Jalan tol di India masih membayar secara manual dan memakai asisten pula. He he he. Bayangkan, jalan tol yang masih membayar secara manual dan ada asisten yang berdiri pinggir jalan untuk mengambil uang plus kembalian. Dan, hanya di India pula kamu akan alami kemacetan luar biasa gara-gara perihal membayar tol ini. Lajur hanya ada 6 misalnya, sementara mobil-mobil tak mau antri karena tak ada lajur pemisah. So, nggak kebayang macetnya dah. Hi hi hi.
Sapi-sapi berkeliaran hingga ke kota, dan konon katanya ada 6 juta dewa sesuai kepercayaan mereka. Maka tak heran jika kamu akan mudah menemukan kuil-kuil di India.
Negara kaya apapun dipolitisasi
Lebih dari itu apa yang bisa saya komentari tentang India? Tidak ada. Jumlah penduduk nomor dua terbesar di dunia. Negara kaya raya, tetapi sejak jaman dahulu, secara berkala selalu terjadi perebutan kekuasaan. Entah itu alasan agama atau wilayah, mereka selalu nyaris perang. Hingga mereka seolah tak sanggup mengolah dan mengatur kekayaan negara untuk kemakmuran seluruh rakyatnya. Nasib yang sama seperti nasib negaraku, sebetulnya. Sejak kemerdekaan kita raih, hingga saat ini pun kita seolah sibuk bergaduh. Dibenturkan sana-sini, apapun dipolitisasi, hingga kita lupa membangun dan memanfaatkan segala hal yang kita miliki untuk kemaslahatan umat. Jangan-jangan Indonesia mirip India. Jika di sana Hindu yang menjadi Mayoritas, sementara di sini Muslim. Soal agama di sana jadi issue, di sini juga. Wilayah satu terlepas, apakah di negeri ini juga? Oh… Apakah idealisme penting? Owh… saya harus sudahi menulis semua yang bikin pening.
Okay, kita lanjutkan perjalanan. Trikarya and Manpur, adalah daerah yang saya lewati dari Jaipur menuju Agra. Masih banyak sawah membentang, tapi tanahnya berwarna sedikit merah bata. Beda dengan tanah-tanah di pulau Jawa. Jalan luar kotanya juga lumayan bagus, tapi masih ada juga orang nyebrang sembarangan petani mengangon kambing di jalanaan. Oh ya, padi gogo juga banyak tumbuh di sini.
Di India, kamu akan jadi sedikit tuli. Hi hi hi. Mereka gemar sekali membunyikan klakson. Bahkan tulisan-tulisan di belakang truk kerap ditulis… Blown Horn, Horn please… etc.
Urusan lalu lintas bukan di Jakarta yang ribed. Di jalan-jalan raya kota besar di India, kendaraan selap selip dan belok kanan kiri tanpa kasih tanda or lampu sen. Dan itu sudah biasa, katanya. Ulala.
Mobil- mobil di India jarang yang memakai kaca film. So… kamu akan sering melihat kaca mobil dipasangi tirai kain. Truk juga banyak yang memakai gorden. Ramai kesannya.
Ada satu suku Zoroaster di India. Itu adalah agama yang dianut keluarga Freddy Mercuri. Mereka tidak menguburkan mayat. Jika seseorang meninggal dalam agama itu, jenazahnya tidak dikuburkan. Tetapi akan ditaruh di bukit-bukit yang tinggi, hingga burung-burung atau hewan lain memakan bangkainya sampai habis. Mereka mempersembahkan tubuh mereka ketika sudah wafat sebagai timbal balik kepada alam semesta.
Banyak kaum yang masih percaya bahwa seorang janda adalah pembawa sial mendiang suaminya. Maka dari itu masih ada terjadi, seorang perempuan akan menjatuhkan dirinya ke dalam kobaran api jenazah suaminya supaya ikut mati.
Pengantar saya ketika berada di Mumbai adalah Halim. Dia muslim, usia 32 tahun, ayah 2 anak. Di Jaipur, saya diantar Imron, seorang muslim juga, 40 tahun dan ayah 4 anak. Imron jago sekali membawa tuktuk-nya. Di Jaipur, meski kamu punya uang, tetapi kemana-mana lebih baik naik tuk-tuk alias bajaj. Seperti kamu sedang bermain di film James Bond, tuk-tuk berjalan lincah kemana-mana. Saya jejeritan waktu hari pertama. Tetapi hari berikutnya saya sudah terbiasa. Hanya saja, waktu kembali ke hotel, shampo pemberian hotel saja tidak cukup. Makanya jika anda ke India, jangan lupa membawa shampo agak banyak. Karena begitu kita sampai ke hotel dan mandi, rasanya sebotol shampo dan sabun cair saja, tak cukup.
Ketika berada di Delhi, Mr. Wishnu adalah supir yang mengantar saya kemana-mana. Beliau Hindu dan guru privat Bahasa Inggris untuk anak SMP. Mr. Wishnu punya dua anak. Laki-laki dan perempuan. Anak lelakinya sudah bekerja dan anak perempuanya sudah menikah. Anak perempuannya itu tinggal di suburb alias pinggiran kota Delhi. Baru menikah setahun dan sangat sibuk mengurus suami dan mertua, plus kakek-nenek dari pihak suami. Si anak perempuannya punya tugas banyak dalam rumah tangga. Dengan bangga Mr. Wishnu menceritakan apa saja kegiatan putri bungsunya itu. Mencuci baju sehari 2 jam, masak 3 jam, dan benah-benah rumah 3 jam. Kata Mr. Wishnu, begitulah kultur di India. Wanita mengurus semua urusan pekerjaan rumah tangga. Ketika saya complain, bahwa itu tak adil, Mr Wishnu menjawab dengan nada tinggi. “Tak usah bicara emansipasi. Toh, meski demikian, angka perceraian rendah di India. Bisa dibilang jarang”.
Saya diam and bungkam. Buat apa sok jagoan bicara emansipasi, secara orang yang bersangkutan saja ikhlas dan ridho menjalani. Hi hi hi. Kaum perempuan di sana memang tunduk kepada suami. Makanya di sana, mereka jarang mengucapkan nama suami dengan keras, karena itu konon pamali. Tapi herannya, di India, mempelai perempuanlah yang memberikan mahar atau mas kawin kepada mempelai pria.
Daku lalu kebayang di Indonesia. Gara-gara emansipasi, yang jomblo banyak, yang divorce juga kanan kiri. Mas Kawin juga kudu tinggi. Hadeh, daku jadi ingat penyanyi yang suaranya mendesah syahdu. Konon katanya dia menerima mas kawin seharga 40Kg emas seberat tubuhnya yang senilai 40 milyar. Owh… engga kukuh and sesuatu yaaah.. (mendesah mode on) Lhaah.
Kembali ke Mr. Wishnu yang baik dan juga pandai bercerita. Beliau menceritakan sebuah taman terbesar di Delhi yang bernama Deer park. Dahl, di situ adalah tempat segala aneka hewan tinggal. Harimau Bengal salah satunya. Tapi orang-orang Inggris menembakinya. Mereka berburu dan menikmati semuanya. Saat ini hewan-hewan besar dan liarnya sudah habis di taman yang hanya digunakan orang untuk piknik dan olah raga. Di sana sekarang hanya tersisa kelinci, serigala dan rusa jika kamu beruntung berpapasan. Well, samalah dengan Indonesia. Segala hewan-hewan buas dan liarnya habis diburu sejak jaman Belanda dan manusai-manusia serakah yang kini merambah hutan atas nama dan demi lapangan pekerjaan, menyulap habis huta-hutan belantara Indonesia menjadi perkebunan karet dan kelapa sawit. Bullshit.
Ups, soal India dan kehebatan tempat-tempat yang tiada duanya di belahan bumi lain, akan saya tuliskan nanti. Bukan pada edisi ini. Berkunjung ke India? Yang pasti, India bukanlah negara yang patut dipandang sebelah mata. Setelah kunjungi India, saya seperti menjadi manusia berbeda. Setidaknya dalam hal perspektif memandang dunia. Saya rindu suara hiruk pikuknya di Delhi. Suara burung-burung gagak ketika menuju satu kuil terpencil. Kangen buah anggurnya yang manis dan berbentuk unik. Juga kangen Masala Tea, sesuatu yang ketika sudah dicoba, kemudian kamu akan tergila-gila. (Cikeu Bidadewi)
“Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia
Tetapi tak akan cukup jika untuk keserakahan”
(Mahatma Gandhi)