Kurban dan Makna Politik Indonesia

Nana Sastrawan

Takbir berkumandang di langit malam seluruh daerah Indonesia. Ya, pada tanggal 11 Agustus 2019 adalah hari raya Idul Adha. Negara Indonesia yang mayoritas pendudukanya beragama Islam, menyambut gembira kedatangan hari raya Idul Adha. Hari raya yang dimaknai dengan pengorbanan dan disimbolkan dengan penyembelihan binatang ternak, seperti Kambing, Sapi dan Kerbau. Seluruh rakyat bersuka cita, tempat-tempat ibadah ramai didatangi oleh masyarakat sekitarnya, mereka menyaksikan penyembilah hewan kurban sambil menanti pembagian dagingnya.

Penyembelihan herwan ternak merupakan simbol dari peristiwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang tercatat dalam kitab suci Agama Islam. Perayaan ini juga bertepatan dengan Kemerdekaan Indonesia yang ke 74 pada tanggal 17 Agustus 2019, pasca perhelatan pemilihan umum di Indonesia. Tentu saja, perayaan ini menjadi pendingin suasana yang panas setelah masyarakat Indonesia dibenturkan dengan dua pilihan calon presiden.

Kita bisa mengamati bagaimana masyarakat Indonesia seolah terbelah menjadi dua kubu pada pemilu, mereka sindir-menyindir bahkan tidak sedikit yang berujung dengan hukum pidana. Tidak hanya itu, peristiwa kerusuhan di berbagai titik di Ibukota pasca pemilihan umum ketika Komisi Pemilihan Umum menetapkan pemenang calon Presiden dan wakil presiden, dan beberapa peristiwa penting lainnya ketika penggugatan hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi.

[iklan]

Kini situasi panas pasca pemilu mulai mereda, partai-partai mulai berrekonsiliasi, saling bertemu dan bermusyawarah untuk menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan. Politisi dan Para Pimpinan partai pun mulai membangun komunikasi kepada pihak-pihak terpilih untuk saling mengisi posisi-posisi penting dalam membangun bangsa.

Bolehlah kita dapat memaknai peristiwa kurban sebagai simbol membunuh amarah, kebencian dan sifat-sifat buruk lainnya dalam diri manusia. Para politisi, pemerintah dan wakil rakyat yang terpilih meski mengedepankan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi. Seperti hal nya daging-daging ternak yang dikurbankan, daging-daging itu dibagikan ke seluruh lapisan masyarakat dengan adil, dan orang-orang yang menyembelihnya pun diberikan. Konsep Adil dan Makmur ini tersimpan dalam perayaan hari raya Idul Adha. Semua terawasi dan bergotong royong.

Bisakah Negeri ini terbebas dari politik busuk dan kebencian? Atau mewujudnya pemerintah yang bebas korupsi? Kuncinya adalah keberpihakan. Kurban, wujud keberpihakan. Ya, politik semestinya juga berpihak kepada kepetingan rakyat bukan kepada golongan tertentu. Mari kita merayakan kurban dan kemerdekaan Indonesia dengan kebersihan hati dan ketulusan jiwa!

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *