KOTA TIKUS
Divin Nahb

Wajahku pucat saat kaki memasuki kota yang tak berpenghuni. Yang kutangkap hanya tikus-tikus menjalari tiap sudut tempat ini. Tubuh dengan bulu hitam lebat, mereka meliuk, membuat perut buncitnya bergoyang-goyang. Mata merah nyalang mereka saling memandang ketika makanan basi dan berlendir paling istimewa tersajikan di depan mata. Sungguh seperti para Koruptor yang kusaksikan hendak menelan lawan. Aku menenangkan diri, berjalan perlahan ke atas bukit. Betapa aku terpaku ketika di sana kulihatpemandangan paling menjijikkan. Ribuan tikus menyergap dan asyik masyuk menjilati tulang-tulang manusia yang lantas menjelma tikus-tikus baru.

***
Karawaci, 9 Des.2011

[iklan]

KETIKA MBOK NAH ANGKAT BICARA
Divin Nahb

Lima orang laki-laki dan lima orang perempuan saling menentang dengan mata laksana serigala menatap mangsa. Mulut mereka saling menerkam, ketika racun paling mematikan dari surat-surat yang tergeletak di sepanjang jalan komplek perumahan selesai dibacakan. Kesucian mereka hanya kedok yang menutupi kebejatan dalam lenguhan di atas ranjang suami dan istri orang. Mereka saling tuding tanpa mau bercermin setan apa yang merasuki diri. Tanpa mau tau, jika mereka pun mengatupkan tubuh telanjang bukan pada pasangannya. Mbok Nah, tukang cuci dan tukang gosok pakaian di rumah mereka yang dulunya bungkam, kini angkat bicara.

***
Karawaci, 9 Des. 2011

PENJAHAT KELAMIN
Divin Nahb.

Jam menunjukkan pukul dua dinihari. Hujan baru saja reda. Namun dinginnya belum kunjung usai. Suasana begitu senyap. Samar-samar dari kejauhan terdengar orang-orang berteriak. Mereka berkerumun mengejar laki-laki yang terjatuh karena jalanan licin tepat di tikungan perempatan lampu merah. Wajahnya yang pucat dipenuhi ketakutan, dihujani belasan tangan yang mengepal penuh luapan kemarahan. Bertubi-tubi, laki-laki itu merasakan pukulan keras, membuat wajahnya berderai luka dan darah. Bibir dan pelipisnya robek.Hidungnya patah. Mata dan mulutnya bengkak. Dia diseret orang-orang yang sedemikian kalap seperti seekor anjing yang telah menjadi bangkai. Dari mulut mereka keluar makian penjahat kelamin, sembari ludah meluncur ke arahnya, dan sesekali kepalan tangan meninjunya.

***
Karawaci, Oktober 2010

LAKI-LAKI  KEKAR
PADA PEREMPUAN PARUH BAYA

Divin Nahb

Di sebelahnya, perempuan paruh baya tengah menggigil dengan kepala ditempeli koyo. Laki-laki itu merangkul dengan sabra. Dia ikut menitah langkah dan mendudukkan perempuan paruh baya itu di bawah atap halte. Baru saja duduk, dia mendapati muntahan di lengan tangan. Dia tidak membentak perempuan yang telah menuangkan aroma tak sedap itu. Tangannya yang kekar telaten menyandarkan kepala perempuan itu ke tiang dalam halte. Dia menyeka keringat dan sisa muntah di pinggir mulutnya. Lantas, membersihkan muntahan di tangannya sendiri dengan sapu tangan. Segera sebelum dia masuk ke angkot kecil bersama perempuan itu, dia memijat tengkuk leher perempuan itu dengan sejuta kasih.

***
Karawaci, Oktober 2010

KISAH MALAM DALAM HALTE
Divin Nahb

Dia berdiri memandangi langit malam ini yang begitu sempurna dari langit-langit sebelumnya. BUlan sabit keperakan digumuli sejuta bintang. Dia membayangkan dirinya hidup di sana. Bayangan itu segera buyar ketika sedan merah darah menghampirinya. Sesosok laki-laki tua dengan kaca mata hitam membuka jendela sedan, menatapnya gairah. Tubuh moleknya yang dibalut Rok Mini dan kemeja yang menyembulkan sebagian dada, membuat laki-laki itu bergejolak. Setelah menyetujui harga untuk mala mini, dia menyusup masuk ke dalam sedan. Duduk di sebelah laki-laki itu, yang tak sabra menunggu untuk melumat dan menjelajahi tubuhnya.

***
Karawaci, Oktober 2010

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *