Urusan Jari dan Hati di Media Sosial

He he he… gara-gara jari iseng dan usil ternyata bisa bikin seseorang atau orang lain mati berdiri. Bapak Dandim  kini harus terima sanksi akibat ulah jemari sang istri. Dipecat mah tidak.. Tetapi karena sedang apes,  karier yang dibangunnya belasan tahun jadi hancur dalam sehari. Anggaplah mereka korban pertama karena jari di medsos, dari kalangan tentara. Beliau tidak sampai dipecat, kok… hanya saja mungkin akan sulit baginya untuk bangkit kembali di karier. Lalu, soal istrinya yang menangis selang sertijab.. kiranya.. janganlah pula kita lantas ikutan menghujatnya lagi.

Bicara soal jari jemari di medsos… saya juga punya banyak pengalaman. Baik hal yang saya alami sendiri ataupun pengalaman dari kawan. Saya jadi teringat kawan saya beberapa tahun lalu. Panggil saja namanya EMR. Dia single mom, ketika jumpa pacarnya yang teman kuliah, DNS. Jika sang istri Dandim bebas bermedsos ria tanpa pengawasan sang suami. Sementara EMR kawanku ini, beda. DNS, pacarnya itu, memantau hampir semua hal dari medsos EMR. Hingga password emailnya pun tahu. Harus. DNS dan EMR saling tahu password masing-masing. Untuk membuktikan kesetiaan? Entahlah. Cuma lama-lama kawanku si EMR ini jadi gerah.

[iklan]

Hadeuh… Ya iyalah. Pastinya. Saya yang mendengarnya saja sudah ikutan gerah. Tak kebayang jika mengalaminya sendiri. Banyak hal dipantau. Lalu banyak pertanyaan-pertanyaan, dan butuh waktu untuk menjelaskan agar tak salah paham. Ribed juga kali, ya?

Mereka akhirnya sering marahan. Karena sang pacar kadang cemburu tanpa alasan. Ingin tahu segalanya, dan segala hal yang berlebihan itu pasti tidak baik juga ujungnya. Hal-hal kecil dan sepele jadi pemicu untuk saling tak teguran berhari-hari. Sekalinya mereka baikan,  jika mereka sedang berdua, tak boleh ada medsos di antara mereka. Facebook (FB) bagi DNS waktu itu adalah seperti candu. Toksin. Hanya penguasaan sistem yang membuat manusia mau tak mau terikat. Sengaja atau tidak. Cepat atau lambat, manusia dijajah sosmed. Diperbudak sistem yang membuat kita mau tau mau seperti dipaksa untuk selalu terhubung Itu kata pacar temanku. Ada benarnya juga sih…

gara-gara media sosial

So.. Kebayang dong.. Seharian bersama si pacar berarti seharian pula tanpa ngoprek medsos. Seminggu pacarnya ada di dekatnya, berarti seminggu pula dia harus menjauh dari gadget. Kecuali urusan kerja. Sesekali intip boleh, tapi tak bisa lebih dari 5 menit. Secara kawanku itu, dulunya bagaikan ratu medsos. Banget. Makan siang sambil bermedsos. Mau bobo yang terakhir dilihat si medsos. Bangun bobo? Yang pertama di buka juga si medsos. Ketemu pacar yang sedikit anti medsos? Dunia ini jadi terbalik bagi EMR, temanku itu.

Akhirnya, mereka putus. Udahan. Alias bubar. Apakah masalah selesai sampai di situ? Nope. Kawanku patah hati. Lama pula. Lalu, gara-gara dulu si pacar pernah tau password email and medsosnya, maka… entah bagaimana. Pokoknya mantan pacarnya itu berpacaran dengan salah satu kawan di facebook-nya yang bernama ALN. Perempuan seksi dan seorang penyair. Pingsan ngga sih? Bagaimana cara mereka berkenalan? Kan dunia mereka berbeda. ALN adalah kawan FB-nya EMR. Bagaimana mereka, alias DNS dan ALN bisa kenalan dan berpacaran? Nggak jelas. Kawanku EMR malas mencari tahu. Apalagi harus melabrak si ALN yang seksi dan famous di medsos. Teman saya bukan tipe perempuan yang mau cari ribut. Apalagi cuma karena urusan lelaki. Bukan levelnya untuk sampai ke sana.

Daku jadi penasaran. Ingin tahu siapa ALN. Ingin tahu juga DNS di medsos. Akhirnya daku berhasil menjadi teman FB dari perempuan yang berama ALN itu. Daku juga berhasil berteman dengan DNS sekaligus. How? Gimana caranya? Ada deh… pokoknya aku berhasil berkawan dengan mereka di medsos.

Dan ternyata.. bener juga, loh.. Mereka itu mesra banget. Minum kopi di tempat yang pemandangan alamnya menakjubkan, berkemah di kebun pinus di lereng gunung yang masih berkabut, dll. Pantes saja teman karibku jadi meriang. EMR pernah bilang memang, bahwa, mantannya itu senang dengan outdoor activity. Kemping. Memotret tempat-tempat keren yang masih jarang orang jelajahi. Lelaki banget deh pokoknya. Pria itu juga smart. Dia tak hanya menjelajahi satu daerah hanya untuk hunting foto. Tetapi dia juga tertarik untuk mengetahui sejarah budaya dan segala hal yang dia temui atau datangi. Dia itu perduli dengan budaya bangsa ini. Dia bisa jelaskan banyak hal tentang Indonesia. Salah satu contohnya ada berapa banyak suku di Sulawesi ternyata. Ada suku Kojo, Suku Luwu, Suku Enrekang, Suku Mandar juga Suku Toraja. Jadi, suku Bugis hanya salah satunya.

Lalu dia bisa jelaskan juga bahwa bahasa Betawi yang kata-katanya berakhiran huruf E itu adalah Betawi mènak. Bisa disebut Betawi Condet. Karena, konon, ada Betawi udik yang suka pakai kata-kata ora. Misalnya… di daerah pinggiran Banten, Parung. Pokoknya, konon, DNS mantannya itu bak kamus berjalan. Smart. Hanya saja kekurangannya, ya, itu… doi anti gadget. Kadang dia suka cemburu jika kawanku terlalu perhatian kepada gadget ketimbang dirinya. Owh… ngga kukuh!

Dan.. Si mantan pacarnya itu juga enak bikin kopinya. Karibku katanya konon sampai ngga selera lagi minum kopi di kafe-kafe. Meski di loby cafe hotel bintang lima sekali pun. Gara-gara itu tadi. Si mantannya dulu memanjakankannya dengan racikan rahasia kopi buatannya. Hadeuh.

Lalu mereka bubar. Dan masalah tak selesai. Ya itu tadi. Kawanku cemburu. nDilalah, kok mantannya malah sekarang konon dekat dengan ALN, salah satu penyair seksi kawan FB-nya yang masih muda usianya.

Gara Media Sosial

Pada satu ketika mereka berlibur bersama ke pantai. Di mana si penyair seksi itu duduk di tebing dengan background air terjun indah. Memakai atasan putih tipis nan menerawang hingga segaris tali bra dan celana g-string terlihat. ALN duduk membelakangi sang fotographer, yang EMR sudah bisa tebak itu pasti DNS. Pasti DNS lah yang mengambil gambar ALN. Meski perempuan itu tak menuliskan nama si pemotret.

EMR lalu membayangkan semuanya. ALN menghadap ke air terjun dengan airnya yang jernih berwarna biru kehijauannya serta batu besar tempat dia duduk membelakangi fotographer. Aduuuh, itu eksotik style sekali. Kawan karibku meleleh air matanya. Keren bagi orang lain. Bagi EMR, foto tersebut adalah sesuatu yang bisa membuat hatinya remuk tak karu-karuan.

Kali lain ALN pergi ke Bhutan. EMR merasa DNS ikut menemaninya. Pasti. Karena angle foto-foto yang diambil berdasarkan hasil postingan ALN. EMR kenal DNS cukup lama. Si lelaki yang memang tak akan tergila-gila dengan Amerika atau Europe dengan stadion-stadion bolanya. Atau menara ikon-ikon sebuah kota/negara. Buat dia segala hal itu adalah tak menantang. Dia tergila-gila dengan nature. Keindahan alam. Flora dan fauna juga. Budaya-budaya warisan leluhur bukan liburan ke daerah-daerah artifisial.

Demikianlah, foto-foto eksotik dari si penyair seksi itu lalu muncul satu persatu di medsos-nya. Tak usah dijelaskan karena mereka pasti pergi bersama. Kemping ke gunung. Foto sendirian di depan tenda dengan secangkir kopi di tangan dan api unggun sisa pembakaran semalamnya, mungkin. Kebayang… itu pasti daerah dingin. Membayangkannya saja,  perasaanku sudah tak karu-karuan. Apalagi perasaan kawanku. Jika tak salah, mereka dekat hampir 4 tahun. Bukan waktu yang sebentar. Pose-pose seksi nan indah. Menantang tapi tak terkesan murahan. Temanku tak bicara banyak. Tapi aku tahu jika matanya sedikit basah tiap kali selesai memandangi foto-foto si penyair seksi yang konon lebih muda 8 tahun itu. Ampun…

Belum lagi syair-syair or puisi or whatever yang ditulisnya. Salah satunya yang aku ingat untuk waktu yang lama.

Musim Birahi
Rahimku Menari
Berharap Dibuahi
Coba, bayangkan! Saya aja, yang sedikit bisa menulis, tercengang membacanya. Kebayang dong si karibku, yang boro-boro bisa menulis puisi. Dapat tugas membaca deklamasi depan kelas waktu SD pun lututnya bergetar seada-adanya. Hadeuh

Kawan baikku cemburu. Mengapa si Penyair itu yang jadi pacarnya sekarang? Mengapa tak mencari perempuan lain?

Aku mendesak kawan karibku perihal apa yang menyebabkan mereka bisa putus? Konon, yang salah adalah kawanku juga. Dia yang keberatan, seperti dihalangi kebebasannya dalam bermedsos. EMR lah yang memutuskan untuk menyudahi semuanya. EMR sempat keras kepala ketika DNS meminta maaf dan ingin semuanya dibenahi dan meminta kesempatan kedua untuk kembali. Tapi EMR menolak. Waktu itu dia masih gengsi. Hampir 7 bulan lamanya dia mendiamkan DNS. Alhasil.. sekarang ada perempuan lain. Maka menangislah EMR seorang diri.

Oooh…

Aku sarankan kepada EMR agar keluar sementara dari medsos. Buat apa? Percuma juga jika niat mencari hiburan malah tergantikan oleh sakit hati dan perasaan cemburu yang mendominasi.

Semua adalah karena gara-gara jemari di medsos. (Cikeu)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *