Sederhananya, puisi adalah Bahasa Rasa yang punya Rasa Bahasa. Karena itu siapa pun dia yang punya perasaan dan punya kepekaan dari apa yang ia lihat, dengar dan rasakan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan, maka jadilah puisi. Rasa Bahasa berkaitan erat dengan struktur batin puisi yang termasuk di dalamnya adalah makna, sikap dan pesan penyair dari apa yang ia lihat, dengar dan rasakan . Pada puisi-puisi Yoyong, pesan yang ingin penyair sampaikan tersirat tanpa kesan menggurui. Selamat Menikmati. (Redaksi)

[iklan]

Puisi – Puisi Yoyong Amilin

Hujan

Basah di daun para
Lembab di halaman rumah
Becek tanah di dada perempuan tua,

Sejarah

(2018)

Coklat Panas

Antara manis bibir
Dan panas airmatamu
Gerimis menetes di sela bibirku

Yang dingin

(2018)

Kucing

Saat kau sibuk keluar masuk kepalaku
aku berubah menjadi kucing hitam
dengan cakar hitam

menunggu kau keluar dari kepalaku
cakar hitamnya siap merobek gelinjang jantungmu
yang tak lagi jinak di kasurku

(2018)

Kubur

Nisan batu itu sebagai pertanda
Bahwa kita pernah berbagi desah
Bersama guguran daun para

(2018)

YOYONG AMILIN, Lahir di Desa Rantau Sialang yang yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang. Sekarang menetap di desa kelahirannya dan bekerja sebagai petani. Bersama teman-temannya mendirikan organisasi Arus Musi. Puisinya tersebar di beberapa media, dan di dunia maya, Buku Puisinya berjudul Ornamen Kesunyian (Bisnis 2030) dan Mata Yola (Hasfa Arias) dan beberapa antologi bersama penyair Indonesia. Email: langitbumi224@gmail.com, No. Hp : 082175730047

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *