Gadis Dalam Cermin

Nani Mustikasari

Malam telah lewati separuh perjalanannya. Dingin menyusup dari kisi jendela menyentuh kuduk dan membuatku terbangun. Seraut wajah cantik menatap dari cermin meja rias di sudut kamar. Aku kenal wajah itu. Selalu berhias senyum. Kerap menatapku dengan mata berbinar ceria. Wajah itu mencoba tersenyum padaku. Senyum yang manis, mestinya. Tapi, itu senyuman luka. Sepasang mata telaga itu bergolak dalam kepedihan yang dalam. Butiran air mata darah mengalir. Merah.

“Jangan menangis cantik,” lirih aku berucap.

Ingin sekali kuusap air mata itu. Kuulurkan tangan, dan astaga … lenganku menembus cermin ini, aku dapat menyentuh pipinya.

“Jangan menangis, sayang. Aku tak sanggup melihatmu menangis.” Kembali aku berucap.

Perlahan kubelai pipi kapas itu, dingin. Tak terasa tubuhku terhisap masuk ke dalam cermin, aku dapat memeluknya erat.

“Mengapa kau kejam padaku? Mengapa kau selalu membuatku menangis? Kau membunuhku perlahan-lahan dari waktu ke waktu.” Ucapnya dengan isak tangis.

“Apa maksudku? Kamu bagian dari diriku. Aku menyayangimu, menjagamu sepenuh hatiku. Bukankah kamu adalah hati kecilku? Aku mendengarkanmu.” Lembut kujawab, meskipun hatiku terkejut akan ucapannya tadi.

“Tidak seperti itu. Kau tak pernah memperdulikanku.” Gadis cantik ini melepaskan diri dari pelukanku. Ia menatapku tajam dan ia berkata lagi.

“Kau membunuh keinginan, cinta dan kerinduan-kerinduanku. Kau lebih memperhatikan kebahagiaan orang-orang yang mencintaimu dan memilih mengabaikanku berpuluh tahun. Selalu kau mengalahkan suara yang kuteriakkan di telingamu dan patuh pada suara-suara yang berputar di otakmu.”

Wajah pucatnya menatapku penuh kemarahan. Sepasang lengan berkulit bening itu terulur, mencekikku. Aku tak mau melawan, hanya menatap wajahnya dalam-dalam dengan pandangan tajam—dan berharap ia mengerti. Aku hampir tak bisa bernapas ketika ia akhirnya melepaskan tangannya dari leherku.

“Mengapa berhenti? Bukankah kamu ingin membunuhku? Aku tahu kamu sering merasa diabaikan, tetapi itu untuk kebaikanmu. Aku ingin kamu tetap jadi gadis cantik berhati lembut, bukan monster jahat. Setiap keinginanmu kuturuti maka akan selalu ada keinginan lain yang lebih besar. Tak semua keinginanmu baik. Aku ingin memuliakanmu, maka aku menggunakan tuntunan Tuhanku untuk memilah suara yang kamu dengungkan di telinga. Semoga kamu mengerti.” Ucapku.

Ia diam tak menjawab. Namun pandangan matanya tak setajam tadi. Kuusap rambut hitam panjang itu, kukecup keningnya. Ia berkata dengan suara perlahan.

“Suatu saat aku harus pulang. Apa aku akan tetap seperti ini saat aku pulang nanti.”

“Akan kupastikan begitu. Semua yang kulakukan adalah untukmu, agar kau tetap cantik, murni dan mulia seperti bidadari. Meskipun ketika engkau pulang nanti aku tak bisa menyertaimu karena aku akan beristirahat di antara kumpulan humus dan tanah.” Senyumku mengembang dan kita saling pandang.

Ia kemudian memelukku dengan tubuhnya yang kini hangat. Lirih ia berkata.

“Benarkah aku akan pulang sendiri nantinya? Bagaimana denganmu? Mengapa harus beristirahat di pelukan bumi?”

“Aku cuma tubuh kasar. Tak mungkin bisa mengikutimu ke alam yang berbeda. Jangan khawatir. Perhatikan aku baik-baik. Katakan apa yang kau lihat pada diriku.”

“Engkau wanita baik, manis dan lembut dengan kebahagiaan terpancar di binar mata. Engkau memiliki segalanya yang diinginkan seorang wanita.” Ia mengerjapkan mata kemudian paras ayu itu tersenyum. Perlahan ia mengusap wajahku dan tiba-tiba kurasakan kantuk yang luar biasa. Aku tertidur dan tak ingat apa-apa lagi.

Pagi itu aku terbangun di ranjangku yang hangat. Dan di sudut kamar masih ada cermin meja riasku yang memantulkan bayangan wanita dengan senyum ceria dan mata berbinar indah, selalu.

Cilandak, 20 Januari 2012.

*cerpen ini telah dimuat dalam buku ‘Gadis Dalam Cermin’ tahun 2012.

Nani Mustikasari dengan tiga putra yang kelahiran Jakarta 9 November 1970 ini menyeslesaikan pendidikan akhir di Pascasarjana Ilmu Ekonomi FEUI 2006. Selain menjadi dosen, menulis adalah kegemarannya.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *