Dunia Manusia

Anida Fitri

JIN bosan, kehidupan di dunia gaib terlalu damai untuk jiwanya yang menggelora. Tidak ada pertikaian. Mereka terlalu rukun sampai Jin suntuk melihatnya. Siang itu, tanpa memberitahu sesepuh, Jin pergi ke dunia manusia untuk mencari kesenangan. Dia ingin merasuki orang atau menakuti gadis belia untuk memperbaiki suasana hatinya.

Jin tiba di sebuah kota yang gedungnya tinggi dan rapat. Selagi berkeliling, Jin melihat sesuatu yang menarik di sebuah toko. Jin pun melayang ke sana. Jin memperhatikan seorang wanita memborong banyak belanjaan tanpa peduli ada nenek tua sedang menahan lapar di pinggir sana. Kini, nenek itu harus menahan napas melihat semua bahan makanan habis oleh keserakahan manusia di tempat itu. Wanita itu tampak geram dengan si nenek.

[iklan]

Jin yang penasaran mencuri dengar isi hati wanita tua tersebut, “Ngapain aku peduli dengan kaum duafa! Salah siapa miskin?!”

Mendengar suara hati wanita itu, Jin mengelus-elus dadanya. Ternyata manusia yang dikatakan makhluk paling mulia telah mencoreng gelarnya sendiri.

Jin yang sudah puas menonton kemudian melayang ke tempat lain. Ada gerombolan orang sedang makan bakso di luar rumah. Padahal ada himbauan untuk tidak keluar rumah tanpa adanya kepentingan.

Jin lagi-lagi mencuri dengar suara hati mereka, “Mati di tangan Tuhan! Toh, aku masih muda!”

“Sungguh kenapa manusia sekarang mulai tidak takut dengan kematian? Padahal sedang ada wabah. Bukankah kita juga harus berusaha menghindari kematian itu?!” pikir Jin sambil menggelenggelengkan kepalanya.

Jin mulai muak dengan isi hati manusia. Dia memutuskan untuk terbang sejauh mungkin, menghindari perkotaan yang semakin membuatnya muak. Terlalu cepat terbang, Jin berhenti di sebuah rumah ibadah yang ramai, jamaahnya khusyuk menjalankan ritual ibadah. Hingga pada akhirnya datang seorang polisi menegur kegiatan mereka.

Kemudian Jin kaget dengan perkataan jamaah yang menghina polisi tersebut dengan kata-kata tidak senonoh. Padahal menurut Jin, polisi ini hanya menjalankan peraturan, tapi jamaah protes dan berburuk sangka pada pemerintah. Jin bingung. Dia malah menemukan kekacauan di dunia manusia, tidak tahu yang mana benar, yang mana salah. Semua sibuk beropini dan mencari pengikut. Jin yang awalnya ingin mencari kesenangan kini membatalkan niatnya. Jin lebih baik pulang dan menjalani rutinitasnya kembali, di sana lebih manusiawi ketimbang dunia manusia itu sendiri.

Anida Fitri terlahir sebagai anak kedua pada tanggal 18 Desember tahun 2000. Seorang penikmat musik dan narasi. Ia sedang menempuh pendidikan di Universitas Lambung Mangkurat, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Karya-karyanya dapat dijumpai di akun Wattpad: @anida-elxe dan Instagram: @vollmond.af.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *