Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Mbludus.com
    • Beranda
    • Berita
    • Humaniora
      • Sosial Politik
      • Sosialita
      • Pendidikan
      • Tradisi
      • Lingkungan
    • Sains
    • Sastra
      • Cerbung
      • Cerpen
      • Dongeng
      • Drama
      • Kritik Sastra
      • Puisi
    • Kreasi
      • Bisnis
      • Musik
      • Sinematografi
    • Merchandise
      • Buku
      • Baju
      • Kerajinan Tangan
    • Lainnya
      • Profil Redaksi
      • Penerimaan Naskah Mbludus.com
    Mbludus.com
    You are at:Home » Buku » Di Belakang Burung-burung Tuhan
    Buku

    Di Belakang Burung-burung Tuhan

    25 Februari 2021Tidak ada komentar2 Mins Read112 Views
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Di Belakang Burung-burung Tuhan
    Share
    Facebook Twitter Telegram WhatsApp

    Puisi adalah makna-makna indah kehidupan. Dari karya ini siapa pun dapat menikmati makna-makna itu dan merenunginya. Selamat mengambil banyak pelajaran dari buku ini dan selamat menorehkannya dalam kehidupan kita. Sebuah karya yang patut dibaca dan direnungi.

    Penulis buku tinggal di Ponpes Kebon Jambu, Bacicir
    Hj. Masriyah Amva

    Kedua penyair ini telah lama berjuang dengan kata-kata. Maka tak heran, dalam perjalanan keduanya seringkali ditemukan puisi-puisi yang mengejutkan di luar duga’an. Namun berbeda dengan Salman, yang nampaknya masih sibuk dengan pemilihan diksi, Syarif lebih memilih bercengkrama dengan wilayah falsafi. Membaca antologi puisi kedua penyair ini, kita akan merasakan petualangan dalam dunia benak, pikiran dan kenyata’an, seringkali kita diajak berkontemplasi dengan puisi-puisi imaji yang dihadirkan kedua penyair ini.

    Baequni MH, penyair

    Berjuta kata terucap dalam angan semu, denyut nadi semakin lirih berkecamuk saling berebut untuk terlontarkan, namun itu terlalu panjang hingga sangat membuang energi dan waktu yang percuma tapi ini harus tersampaikan biar mereka tahu dan mengerti! Itu gejolak angan pasti dari sosok Salman Al Farisi dan Enambelas Syarif. Tersirat dalam karya tulisnya sangat imajinatif yang dituangkan lewat denyut nadinya.

    Gejolak jiwanya sangat kentara dan kental dengan emosi, ketika keduanya dihadapkan atau sedang berada dalam lingkungan yang kurang ‘humanis’ atau tidak mengenal sama sekali akan keberadaan humanis itu sendiri. Mereka berdua tidak kehilangan akal untuk menggoreskan atau menuangkan kata ke dalam karyanya yang sangat-sangat imajinatif baik itu seruanya atau pun keluhannya yang harus didengar dan harus dicermati

    Mecermati karyanya baik dari isi, makna, pesan yang disampaikan walaupun pesan emosionalnya sangatlah kental namun itulah emosional yang bermakna dan berjiwa, sehingga isi dari puisi-puisinya enak untuk dibaca, dihayati, dan patut dijadikan sebuah perhitungan di dalam menjalankan kehidupan di dunia.

    Begitu banyak syair-syair pujian yang ditujukan kepada kita dari zamannya penyair-penyair terdahulu hingga penyair-penyair yang kekinian. Namun senandung butiran bait-bait yang ditorehkan oleh mereka berdua merupakan ‘penyampaian’ yang penuh kerinduan kepada sesama maupun kekasih dengan harapan kesembuhan atas penyakit hati yang dideritanya.

    Butiran mutiara yang ditorehkan lewat puisi-puisinya begitu indah bagaikan permata yang tak ternilai harganya sesuai dengan nilai-nilai keindahan yang diinginkan-Nya.

    Semoga mereka berdua menjadi sastrawan yang bukan abal-abal, hanya bisa menorehkan dengan bahasa bunganya, namun jadilah seorang sastrawan dengan penyampaian syair-syairnya sebagai karya sastra yang mempesona dalam menjunjung nilai-nilai dari sifat dan akhlaq yang berbudi luhur.

    Terus, terus torehkan kata-kata mutiaramu untuk anak Bangsa ini, jangan berhenti sampai di sini.

    Ending Saepudin, pembina komunitas Tunas, Dukupuntang.

    Di Belakang Burung-burung Tuhan

    buku puisi Penyair Cirebon sastra indonesia
    Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp
    Previous ArticleDongeng Tentang Ekor dan Kepala Ular
    Next Article Tanah Air Puisi

    Postingan Terkait

    Tiga Giat Keren Penyair Sampai dengan Triwulan ke Tiga – 2025

    11 Oktober 2025

    Puisi-Puisi Roket yang Unik

    23 Agustus 2025

    Memaknai Hijab dalam Novel Jodoh Pasti Bertemu

    27 Juni 2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    Postingan Terbaru

    Refleksi dalam Cerpen “Requiem Burung Gereja”

    11 November 202530 Views

    Sandal Jepit Pesantren

    9 November 202511 Views

    Mengenal Sistem Administrasi Negara Indonesia

    30 Oktober 20252 Views

    Membaca ‘Rahasia Tanda’ di Universitas Pancasakti Tegal

    29 Oktober 202511 Views
    Kategori
    • Berita Terkini (206)
    • Bisnis (7)
    • Buku (80)
    • Cerbung (19)
    • Cerpen (157)
    • Dongeng (90)
    • Drama (28)
    • Europe (1)
    • film (1)
    • Highlights (2)
    • Kritik Sastra (75)
    • Lingkungan (52)
    • Money (5)
    • Musik (18)
    • News (9)
    • Pendidikan (66)
    • Politics (3)
    • Profil Redaksi (16)
    • Puisi (186)
    • Sains (50)
    • Science (5)
    • Sinematografi (22)
    • Sosial Politik (29)
    • Sosialita (141)
    • Sports (5)
    • Tech (5)
    • Tradisi (98)
    • Travel (4)
    • UK News (4)
    • World (1)
    Advertisement
    Follow Kami
    • Facebook
    • Instagram
    • YouTube

    Bermis Serpong ASRI Blok B7/19 RT/RW 02/04, Cisauk - Tangerang

    Untuk Pengajuan Iklan dan Kerja Sama Hubungi:

    Email : redaksi@mbludus.com / dapoertjisaoek@gmail.com
    Kontak: -

    Facebook Instagram YouTube
    Syarat dan Ketentuan
    Definisi

    Ketentuan Layanan

    Ketentuan Konten

    Penggunaan dan Hak Cipta

    Undang-Undang ITE

    Tim Redaksi

    Penerimaan Naskah
    Flag Counter
    Flag Counter

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Ad Blocker Enabled!
    Ad Blocker Enabled!
    Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please support us by disabling your Ad Blocker.