Namanya juga Boss, Pimpinan atau Atasan. Kalau tak memberi perintah pada bawahan nggak asyik namanya. Kalau tak sibuk kerja, bukan Boss namanya. Karena itu segala cara akan dilakukan oleh Boss pada bawahannya  supaya dia kelihat sibuk bekerja. Padahal mah, ya gitu deh…

Lebih dari lima kali Paijo sudah bolak-balik dipanggil Pak Tulalit, atasan langsungnya. Minta data inilah, minta data itulah. Sudah dikasih, eh, masih dipanggil lagi. Boss tanya bagaimana caranya mengitung ini dan itu, dari mana sumber data, dsb. Paijo dengan santai menjelaskan apa yang ditanya. Sudah diberi penjelasan, eh disuruh memeriksa ulang angka-angka dan data yang ada. Siwalan! Gerutu Paijo dalam hati.

Tidak hanya Paijo yang bolak balik dipanggil Pak Tulalit. Hampir setiap staf yang ada di ruangan semua kebagian. Ada yang disuruh fotocopy, ada yang disuruh mencari data, pinjam buku, pinjam contoh laporan, dsb. Semua dibikin sibuk. Sementara yang memberi perintah asyik di depan komputernya ‘ngoprek’ Handphone. SMS dan WA-an entah dengan siapa. Sesekali ia bangun menuju telepon di sudut ruangan. Menelpon entah siapa dan entah urusan apa.

Untung Pak Tulalit lagi duduk menghadapi komputernya ketika Pak Kabag (Kepala Bagian) keluar dari ruang kerjanya. Cepat-cepat ia meraih kertas dan pensil. Pura-pura sibuk mengerjakan sesuatu.

[iklan]

“Pak Tulalit, kalau bahan rapatnya sudah selesai, saya lihat dulu sebentar. Jangan lupa, nanti ikut rapat dengan saya.”
“Iya Pak. Bahan rapatnya sudah hampir selesai. Tinggal anu saja Pak… ternyata kita harus… anu, Pak. Selama ini kita kan…. ”
“Ya sudah diselesaikan saja secepatnya.”
“I… iya Pak”

Pak Kabag manggut-manggut. Masuk lagi ke ruang kerjanya. Begitu pintu tertutup, Pak Tulalit kembali memanggil Paijo.

“Ada apa lagi, Pak ?”
“Begini Paijo. Saya ingin data-data itu ditampilkan seperti ini.”

Pak Tulalit menyodorkan kertas. Paijo melihat sepintas. Tersenyum.

“Bapak sudah lihat file yang tadi saya berikan?”
“Oh, iya. Saya belum sempat buka. Saya lupa, nama filenya apa ya?”
“Tulalit”

Pak Tulalit melihat layar komputernya, menggeser-geser ‘mouse’ komputernya, lalu, Klik!

“Oh, iya ada. Benar, tabel seperti ini yang saya maksud.”

Paijo tersenyum lagi. Pak Tulalit kembali ke kertas coretannya.

“Terus anu Paijo. Nilai setiap kegiatan itu kita hitung dengan cara: Ini dibagi ini dikali 100, dapetnya ini.”
“Bapak lihat deh tabel yang saya buat itu. Perhitungannya sudah benar atau belum?”

Pak Tulalit melihat layar komputer, ambil kalkulator dari laci mejanya. Melihat layar komputer lagi lalu pencet-pencet kalkulator.

“Oh iya. Sudah benar hitungannya.”
“Saya sudah bisa kembali, Pak?”
“Tolong panggilkan Denok dan Pailul dulu.”

Dengan isyarat tangan, Paijo memanggil Ibu Denok dan Pailul. Yang dipanggil segera datang dengan wajah setengah ditekuk. Apalagi sih? pikir mereka dalam hati. Biasanya apa yang akan diminta atau diperintahkan oleh Pak Tulalit itu sudah dikerjakan atau sedang dikerjakan sebelum diminta.

“Denok, narasinya nanti dibuat seperti… ini ini ini. Formatnya seperti ini… Dan kamu Pailul, jangan lupa bahan untuk presentasi-nya diberi ini ini. Posisi gambar begini, jangan sampai menutupi teks. Jadi antara gambar dan teks harus…

“Siap, Pak.”

Paijo, Pailul, dan ibu Denok balik badan tanpa permisi lagi.

“Denok, sebentar. Voucher perjalanan dinas saya sudah sampai dimana perkembangannya?”
“Sudah di meja bendahara, Pak.”

Pak Tulalit lalu pamit keluar ruangan. Mau makan siang katanya. Sekalian sholat.

***

Usai makan siang, Pa Tulalit masuk ruangan dengan santai.

“Sudah ditunggu di ruang rapat, Pak”
“Oh Iya. Terimakasih.”

Pak Tulalit balik badan. Keluar ruangan lagi. Menyusul ke ruang rapat, atau entah kemana. Paijo dan teman-teman hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Dalam hati berkata: “Kalau saja ada banyak Boss atau Pimpinan yang seperti Pak Tulalit ini masih duduk ongkang-ongkang menikmati fasilitas jabatannya di setiap instansi. Rasa-rasanya, sampai ‘botak berjengger’, Indonesia, eh maksudnya negeri Hastinapurapura ini tak akan pernah maju. Yakin!
(AY)

Cisauk, 20 Mei 2020

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *