Cuplikan Yang Lalu

Semua mahluk merasa bisa akting, meski belum tentu bisa merasa akting yang berkualitas – karena mesti menguasai dramaturgi maupun tehnik beserta keseluruhan elemen pendukungnya, baik jasmani maupun rohani.

Maka membedah akting pasti menarik, dan asyik

Kelanjutan..

A k t i n g

Untuk membedah akting mestilah diawali dengan beberapa pengertian yang mendasari dan ataupun yang menjadi kerangka bahasan. Jika kita ibaratkan akting sebagai penampilan suatu bangunan, maka kerangka dasar konstruksi bangunannya adalah drama.

Sebelum berlanjut baiknya kita mengupas lebih detil kosa kata draomai atau drama yang berarti ”aksi” atau ”perbuatan” – agar memperluas pemahaman.

Dalam kosa kata bahasa Indonesia ”aksi” adalah kata yang diperoleh dari bahasa Inggris: act, disingkat dari action.

Sedangkan ”perbuatan” asal katanya adalah buat.

Padanan katanya = tindak, laku.

Diberi awalan maupun akhiran, maka pengertiannya dapat berubah ataupun berkembang. Misal: berbuat/ bertindak/ berlaku yang mengartikan subjek mengerjakan sesuatu.

Namun, dengan awalan di maka berubah menjadi objek, yakni: dibuat/ditindak – tapi dilaku tidak ada, kecuali diimbuhi akhiran kan, menjadi dilaku-kan.

Diimbuhi awalan dan akhiran, contohnya: perbuatan/perlakuan, nah giliran tindak maka berubah menjadi : penindakan. Dan seterusnya.

Dengan padanan kata aksi, menjadi :  beraksi = berbuat = bertindak = berlaku.

Seseorang yang ber”act/aksi” yang lelaki biasa disebut aktor, yang perempuan biasa disebut aktris. Namun kebiasaan tersebut – terutama di Indonesia – dipersempit penggunaannya.

Aktor dan aktris merupakan penyebutan bagi pemain teater, film, sinetron saja.
ada juga penyebutan merupakan metafora / ungkapan yang cenderung meng-khususkan pada suatu kejadian/peristiwa.
Conton, sebutan: aktor intelektual = biang keladi di belakang/balik layar.
Tentu saja kita tidak berhenti pada kosa kata.
Kita harus mengembangluaskan agar pengertiannya berkait erat dengan d r a m a.
Kandungan dalam kosa kata drama adalah aksi atau perbuatan.
Kita tahu bahwa jika ada aksi ada reaksi.
Dengan kata lain:  re-aksi adalah perbuatan yang menanggapi aksi.

Simak contoh berikut ini.

  • Seseorang beraksi memencet bilah piano maka terjadi reaksi yakni bunyi denting.
  • Seseorang mencubit orang lain maka reaksi orang yang dicubit dapat berupa: kaget atau berteriak mengaduh atau menanggapi dengan balas mencubit, maupun reaksi lainnya.
  • Seseorang memberi aba-aba kepada sekelompok orang, maka reaksi yang muncul adalah orang-orang dalam kelompok tersebut memberikan respons sesuai dengan aba-aba.

”Siaaap. Grak !”

Tanpa mengeluarkan jawaban dari mulut, orang-orang dalam kelompok menggerakkan organ tubuhnya.

Kaki dirapatkan, badan tegak, dada busung, pandangan mata lurus ke depan, itulah gerakan-gerakan menuju sikap sempurna – utamanya dalam barisan, yang umumnya dipengaruhi oleh aturan baku baris-berbaris..

[iklan]

Contoh di atas menunjukkan bahkan mewakili pemahaman bahwa dalam kehidupan kita selalu berada dalam aksi dan reaksi.

Dengan kata lain hidup terdiri dari aksi dan reaksi yang berkesinambungan antara sesuatu dengan sesuatu lainnya. Namun penting dicatat bahwa aksi reaksi tidak identik dengan konflik, pertentangan, perselisihan antara sesuatu dengan sesuatu lainnya.

(bersambung : tunggu kelanjutannya)

Cuplikan dari manuskrip BEDAH AKTING, karya Uki Bayu Sedjati, tahun 2013,

(belum diterbitkan)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *